• Senin, 22 Desember 2025

Jatah Solar Nelayan Samarinda Berkurang, Menyusut 100 Ton sejak Enam Bulan Lalu

Photo Author
- Minggu, 21 Agustus 2022 | 11:14 WIB
DIANAKTIRIKAN: Selain mengeluhkan sulitnya mendapat solar bersubsidi, nelayan mempertanyakan berkurangnya jatah bahan bakar sejak enam bulan lalu.
DIANAKTIRIKAN: Selain mengeluhkan sulitnya mendapat solar bersubsidi, nelayan mempertanyakan berkurangnya jatah bahan bakar sejak enam bulan lalu.

SAMARINDA–Sejumlah nelayan di Samarinda yang tergabung dalam beberapa Kelompok Usaha Bersama (KUB), mengungkap adanya kejanggalan mengenai jatah bahan bakar bersubsidi dari pemerintah yang semestinya mereka dapatkan.

Kejanggalan itu yakni adanya dugaan kuota solar subsidi yang harusnya diperoleh 300 nelayan resmi di Samarinda. Ini diduga dikebiri jumlahnya, sehingga tidak lagi mencukupi bagi nelayan.

Hal itu diungkapkan Haji Muhammad Ali, ketua KUB Nelayan Samudera Nusantara yang berkedudukan di Kelurahan Masjid, kemarin (19/8).

Ali menjelaskan, sejak enam bulan lalu, dirinya memperoleh data dan informasi yang berbeda dari Dinas Perikanan, terkait jatah solar subsidi yang sudah diatur sesuai dengan jumlah nelayan yang terdaftar.

"Awalnya laporannya 193 ton, namun diklarifikasi lagi menjadi 93 ton. Artinya, ada penyusutan 100 ton. Dan itu kami tidak tahu apa penyebabnya," kata Ali.

Ali menjelaskan, kuota solar subsidi yang diberikan kepada nelayan itu berdasarkan rekomendasi dari Dinas Perikanan, yang mana sebelumnya telah melakukan pengukuran kapal sekaligus kapasitasnya.

"Jadi sudah ditahu itu jatah untuk setiap kapal. Dan itu membelinya pun tidak setiap hari, tapi ditentukan dari jenis kapalnya. Misalnya kapal balap itu sekitar tujuh hari sekali, dan kapal tongkol bisa 15 hari bahkan sampai sebulan sekali," ujar Ali.

Menanggapi apa yang disampaikan Pertamina, terkait kewajiban nelayan untuk melampirkan surat rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Ali menegaskan, untuk 300 nelayan yang terdaftar, tentunya sudah mengantongi rekomendasi tersebut.

"Namun yang menjadi masalah adalah di mana kami bisa membeli solar subsidi itu. Sementara satu-satunya stasiun pengisian bahan bakar bunker (SPBB) di Samarinda sudah tutup,” keluhnya. (oke/kpg/kri/k8)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X