SAMARINDA–Aktivitas pasar rakyat di Jalan PM Noor, Kelurahan Sempaja Selatan, Kecamatan Samarinda Utara, telah dimulai, ditandai peresmian yang dilakukan Wali Kota Samarinda Andi Harun beserta FKPD, Rabu (8/2).
Pasar berkapasitas 100 lapak pedagang tersebut merupakan relokasi dari pasar tumpah yang berdiri di atas drainase jalan beberapa tahun silam. Rencananya tahun ini pemkot kembali menggelontorkan anggaran Rp 2 miliar untuk penambahan beberapa lapak, lampu penerang jalan umum (LPJU), gapura hingga ornamen eksterior bangunan.
Andi Harun mengakui pasar tersebut memiliki desain arsitektur yang berbeda, mengedepankan etnik khas suku Dayak, di mana merupakan mayoritas pedagang yang berjualan di sini. Bahwa pasar tersebut juga menggabungkan pasar tradisional yang menjual sayuran, aneka daging serta aksesori khas suku Dayak.
“Kami mendorong pasar itu memperoleh predikat SNI, selain karena unsur terpenuhi syarat teknis sebuah pasar, juga karena keunikan desain arsitekturnya hingga keberadaannya yang turut berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian,” ucapnya, Rabu (8/2).
Bahwa pengembangan akan dilakukan, seperti penambahan lapak sekitar 30-an lapak, kanopi, hingga IPAL. Kami juga meminta tim Dinas Perdagangan (Disdag) untuk berkoordinasi dengan pemilik lahan di sekitar pasar untuk rencana pengembangan jangka panjang.
“Begitu juga lahan di belakang pasar, yang posisinya di tepi Jalan PM Noor, rencananya akan dibebaskan sehingga menjadi akses baru. Agar terlihat dan terjangkau calon konsumen, karena posisi pasar sekarang masih agak ke dalam,” terangnya.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Samarinda Marnabas Patiroy menuturkan, pembangunan pasar menghabiskan anggaran Rp 6 miliar dari APBD 2022 lalu, dengan bangunan 100 lapak. Namun, saat ini baru terisi sekitar 71 lapak, sisanya akan ditujukan bagi relokasi Pasar Subuh di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Karang Mumus, Kecamatan Samarinda Kota.
“Mereka di sana sudah punya pelanggan tetap, tetapi lokasinya tidak jelas. Makanya kami akan bujuk untuk pindah ke sini. Tahun ini kami menambah lapak sekitar 29–30 lapak lagi, sehingga mereka bisa terakomodir semuanya,” ucapnya.
Begitu juga rencana pembebasan lahan di belakang pasar, Marnabas sudah bertemu pemilik lahan dan akan menyeriusi rencana peminatan untuk membeli lahan tersebut. Jika terwujud, dirinya telah merencanakan akses baru serta penambahan lapak di kiri dan kanan jalan masuk khusus untuk pedagang aksesori khas Dayak. “Sementara ini pasar hanya beroperasi dari pagi-sore, namun ke depan bukan tidak mungkin menjadi 24 jam seperti pasar lainnya,” tegas dia.
Mengenai rencana pengusulan pasar SNI ke pemerintah pusat, Marnabas menyebut, tahun ini ada empat lokasi yang diusulkan, yakni Pasar Baluluq Lingau, Pasar Harapan Baru, Pasar Palaran dan Pasar Sungai Dama. Namun, tidak sulit mencari percontohan mengingat Pasar Merdeka yang lebih dulu menyandang standar nasional tersebut.
“Prosesnya panjang, ada 54 item yang perlu dipenuhi, meliputi pasar sehat tanpa adanya bahan pengawet berbahaya, pelanggan pun dijamin akurasi timbangan, fasilitas ramah disabilitas, tempat ibadah, IPAL dan lainnya,” tutup dia. (adv/dra/k8)