Kelelawar bertelinga panjang (Plecotus auritus) ditemukan oleh tim peneliti dari Wanariset Samboja pada objek wisata Gua Tapak Raja di Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU).
PENEMUAN ini sekaligus menjawab kegelisahan para ilmuwan yang belum pernah menemukan lagi spesies tersebut sejak 1960. Bahkan, statusnya disebut-sebut masih menjadi misteri bagi para ilmuwan, apakah kelelawar ini masih ada sampai sekarang atau sudah punah.
“Tim Wanariset Samboja 14 orang yang turun ke Gua Tapak Raja untuk melakukan penelitian flora dan fauna selama delapan hari. Hari ketiga, kemarin, tim menemukan kelelawar bertelinga panjang itu. Itu kelelawar paling antik yang berhasil ditemukan,” kata Kasiyono, kepala desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, PPU, Minggu (11/6). Keberadaan tim itu di Gua Tapak Raja, ujarnya, atas permintaan dia saat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nubayah Bakar berkunjung ke Wonosari pada awal Februari 2023.
Plecotus auritus ini menyita perhatian Dr Fiona Matthews dari University of Exeter, dan tim peneliti dari Scilly Isles Bat Group, keduanya di Inggris, untuk mengungkap misteri tersebut. Sejauh ini, Scilly Isles Bat Group sebagaimana website yang dikunjungi koran ini kemarin mencatat ada lebih dari 1.400 spesies kelelawar di dunia, yang merupakan seperlima dari semua spesies mamalia global. Lembaga nonprofit ini memasukkan kelelawar telinga panjang pada daftar merah kepunahan. Di dunia, selain ditemukan di Gua Tapak Raja medio Juni 2023, kelelawar jenis ini telah terpergok bergelantungan di sebuah pohon di Monterey, California.
Kasiyono mengungkapkan, tim Wanariset Samboja melakukan identifikasi flora dan fauna yang ada dalam gua, dan berikutnya akan diberi label nama untuk selanjutnya tak boleh diganggu oleh pengunjung destinasi wisata di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara itu. “Hasil penelitian itu nantinya akan dimuat dalam sebuah jurnal. Sampai kemarin sudah ditemukan enam jenis kelelawar,” jelasnya.
Penelitian itu, lanjut dia, sejalan dengan keinginannya untuk menjadikan Gua Tapak Raja sebagai objek wisata edukasi. Kelelawar dan jenis flora lainnya diharapkan tetap berada di dalam gua dan pengunjung dapat menikmatinya tanpa mengganggu keberadaannya di sana.
“Tentu, nanti ada kawasan wisata yang tak boleh dikunjungi untuk menjaga kelestariannya,” ujarnya. Pengunjung juga diharapkan dapat berlaku ramah terhadap flora dan fauna yang ada di kawasan objek wisata yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.
Saat ini, dua perusahaan berkolaborasi dengan Kementerian LHK telah memulai pembangunan dermaga, pusat jajan serba ada (pujasera), flying fox, dan ekoriparian gardu pandang. Dalam pewartaan sebelumnya, Kasiyono mengungkapkan, bakal dibangun jalan sepanjang sembilan kilometer yang dananya telah tersedia 2023 dan pembangunannya dimulai dari Desa Argo Mulyo, Kecamatan Sepaku ke Gua Tapak Raja. Secara bertahap juga dibangun gerbang dan penjualan tiket 1, 2, 3; kolam pancing 1, 2, 3; konservasi gua 1,2.3, ekoriparian 1; gardu pandang 1,2.3. Tidak hanya itu, di kawasan ini juga dibangun khusus jalur sepeda dan pejalan kaki. (far)
ARI ARIEF