• Senin, 22 Desember 2025

Fenomena Truk Tronton Maut

Photo Author
- Rabu, 27 September 2023 | 11:03 WIB
SARATRI WILONOYUDHO
SARATRI WILONOYUDHO

KECELAKAAN yang disebabkan rem blong truk tronton, seperti di Bawen, Semarang (23/9), sudah puluhan kali terjadi. Dan membawa korban puluhan orang meninggal dunia. Fenomena truk tronton raksasa yang berjalan bagai siput di jalan raya kita adalah fenomena yang kompleks. Selain fenomena ekonomi, ini ada keserakahan, korupsi, sekaligus kebudayaan kita dalam berlalu lintas.

Pengusaha ingin efisien dengan menggunakan tronton besar dengan sekali muat untuk mengangkut barang-barang mereka. Kelakuan itu sesungguhnya wajar dalam dunia bisnis yang mengutamakan, dengan modal sekecil-kecilnya, mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Fenomena menjadi tidak wajar jika mengabaikan keselamatan yang lain.

Truk tronton raksasa berjalan bagai siput di jalanan kita yang sempit, berkelok, naik turun, yang di sisi lain juga dipenuhi para pengguna jalan yang lain. Ledakan pemilikan kendaraan bermotor, terutama motor roda dua, sudah terjadi. Dengan uang muka Rp 400 ribu, orang sudah bisa membawa pulang sepeda motor baru. Bandingkan dengan tahun 1970-an atau bahkan 1980-an.

Gerakan pelan bagai siput, bahkan berderet-deret di jalanan ramai namun sempit, dengan membawa barang puluhan ton, tentu menjengkelkan banyak pengendara yang lain. Jika sudah berhasil menyalip satu di antara mereka setelah mengikuti dengan sabar di belakangnya beberapa puluh menit, bertemu lagi dengan tronton lain di depannya.

 

Ini bagai perlombaan kancil lari dengan puluhan siput. Di jalan tol demikian juga, meski ada aturan kecepatan antara 30–100 km per jam, tronton yang berjalan di bawah kecepatan 30 km per jam tidak diancam untuk ditilang, sebaliknya mobil pribadi yang berjalan di atas 100 km per jam.

Singkatnya, di samping ikut menggerakkan ekonomi, truk tronton juga merugikan pihak lain yang juga notabene ingin bergerak cepat leluasa untuk kepentingan ekonomi yang lain. Pengusaha yang menggunakan tronton untung besar, dengan tidak memberikan kompensasi kepada pihak lain yang dirugikan gara-gara harus antre di belakangnya di jalanan vital yang sempit.

Fenomena truk tronton maut juga akibat ledakan penduduk luar biasa di Pulau Jawa, pulau dengan luas hanya 8 persen dari luas Indonesia. Namun menampung hampir 60 persen jumlah penduduk Indonesia. Karena itu, dapat dipahami jika roda ekonomi banyak berputar di Jawa dan terutama di kota-kota besar. Untuk itulah, tronton hadir sebagai jawaban sebagai salah satu penggerak roda perekonomian.

Fenomena tronton maut juga merupakan fenomena buruknya sarana-prasarana jalan kita berikut sistem pergerakan lalu lintas yang lain. Mutu konstruksi jalan kita sangat jelek, mudah retak, mudah berlubang, mudah bergelombang, sehingga setiap saat harus diperbaiki. Selesai ruas tertentu, ganti ruas yang lainnya hingga memacetkan pergerakan lalu lintas berbulan-bulan. Jadilah jalan menjadi proyek abadi.

Di sisi lain, kebudayaan berlalu lintas juga sangat buruk. Saling menyalip di markah yang tidak terputus menjadi pemandangan keseharian. Para sopir angkutan umum, termasuk tronton, apakah benar diuji serius dalam mendapatkan SIM? Jika ya, sampai seberapa jauh materi sisi kesehatan dan psikologis ujian SIM bagi sopir tersebut juga diperhatikan?

Benarkah para sopir tronton mendapatkan bayaran yang wajar? Jika bayaran mereka tidak memadai, dapatkah dijamin sehat jiwa raga mereka? Bayaran yang tidak memadai juga akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kondisi psikologisnya, selain mudah mengantuk ketika mengemudi.

Masalah lain adalah tentang kondisi kendaraan tronton. Benarkah truk tronton setiap kali membayar pajak, dicek serius kondisi mesin dan remnya? Adakah korupsi dalam menentukan laik tidaknya tronton? Masih adakah korupsi di jembatan timbang ketika truk tronton mengangkut barang melanggar undang-undang? Cek fisik kendaraan apakah juga dilakukan pemilik setiap saat? Apakah para pemilik tronton juga ikut bertanggung jawab jika ada kecelakaan, apakah hanya sopir yang menanggung akibatnya? Adakah efek jera bagi para pengusaha, pemilik tronton, sopir, dan petugas yang korupsi (istilahnya menerima mel)? (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X