TOKYO – Posisi Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida sedang berada di titik terendah. Hal tersebut terjadi setelah skandal korupsi Liberal Democratic Party (LDP) via pesta penggalangan dana berbagai faksi di partai petahana tersebut.
Menurut laporan Agence France-Presse, kasus yang saat ini ditangani kejaksaan menyasar sejumlah politikus LDP. Misalnya, anggota Majelis Tinggi Ohno Yasutada yang disebut menerima sekitar USD 330 ribu dari cashback pesta penggalangan dana. Sedangkan, kantor yang dinaungi dua anggota Majelis Rendah Ikeda Yoshitaka dan Tanigawa Yaichi diduga menerima sekitar USD 270 ribu.
Terakhir, orang kepercayaan Kishida, yakni Kepala Sekretariat Kabinet Matsuno Hirokazu serta Menteri Ekonomi Nishimura Yasutoshi, juga terendus ikut melakukan praktik kotor tersebut. Matsuno yang diperkirakan memperoleh 10 juta yen alias USD 68 ribu masih menolak berkomentar. Jaksa penuntut saat ini sudah mendata total sekitar 500 juta yen atau Rp 53 miliar yang diperkirakan masuk ke para pejabat partai penguasa Jepang itu dalam lima tahun terakhir.
’’Saya sudah memberi tahu semua kantor faksi untuk mempelajari tuduhan ini. Mereka harus menjelaskan bagaimana permasalahannya dan segera bertindak jika ada yang harus diperbaiki,’’ tegas Kishida menurut NHK.
Praktik korupsi tersebut dilakukan melalui pesta penggalangan dana di berbagai faksi partai politik. Untuk mencari dana politik, faksi-faksi di dalam partai politik biasanya menggelar acara ramah-tamah. Untuk bergabung ke acara tersebut, simpatisan atau sponsor harus membeli tiket pesta yang nilainya mencapai 20 ribu yen alias USD 138.
Yang bertugas menjual produk tersebut tentunya politikus di dalam faksi. Anggota Majelis Rendah Yoshitaka Sakurada sempat melaporkan bahwa target penjualannya mencapai 300 tiket. Itu berarti dia harus mencari donasi hingga 6 juta yen. Hal itulah yang membuatnya akhirnya berhenti dari faksi Nikai.
Beda cerita bagi yang berhasil mencapai kuota mereka. Menurut kabar, para elite itu bakal mendapatkan selisih antara kuota tiket dan rekor penjualannya selama penggalangan dana. Menurut agen berita Kyodo, Seiwaken, faksi terbesar LDP yang sebelumnya dipimpin Shinzo Abe, sudah berhasil mengumpulkan dana gelap senilai 100 juta yen dalam periode 2018–2022.
’’Pesta penggalangan dana sudah lama dikritik karena kurangnya transparansi dan sarang dana gelap,’’ tulis Asahi Shimbun dalam editorialnya.
Dalam berapa kasus, satu pesta saja bisa mengeruk lebih dari 100 juta yen. Tahun lalu, Kishida berhasil mengumpulkan 150 juta yen dari empat pesta penggalangan dana. Jika dikurangi dengan biaya pengadaan pesta sekitar 19 juta yen, margin keuntungan dari kegiatan tersebut mencapai 87 persen.
Sebagai informasi, ketentuan Jepang mewajibkan seluruh organisasi politik melaporkan nama individu atau organisasi yang menyumbangkan lebih dari 200 ribu yen pada pesta penggalangan dana. Kini, Kishida pun dikabarkan melarang adanya pesta penggalangan dana dalam waktu yang tak ditentukan.
Korupsi dan penggelapan dana merupakan isu yang sensitif bagi Jepang. Karena itu, skandal kali ini benar-benar menekan kekuatan Kishida dan partainya, LDP. Menurut survei Fuji News Network-Sankei, popularitas rezim Kishida turun menjadi 22,5 persen. Turun 5,3 poin dibandingkan tahun lalu.
Kishida sebenarnya sudah menyiapkan langkah untuk menangani skandal tersebut. Dia dikabarkan bakal memecat 4 menteri dan 11 pejabat kementerian dari kabinetnya. Namun, langkah itu dinilai tak akan mengubah citra tokoh 66 tahun tersebut.
’’Dia (Kishida) sedang berada di lingkaran kematian. Mau kubu kanan atau kiri, idealis atau pragmatis, mereka benar-benar benci hal ini (korupsi),’’ ujar Michael Cucek, pakar politik Jepang dari Temple University di Tokyo. (bil/c7/bay)