BALIKPAPAN – Inflasi tahun ke tahun (year on year) di Kota Minyak tercatat sebesar 3,60 persen. Meski masih di bawah standar batas nasional yakni 4 persen, angka ini membuat Balikpapan menjadi kota inflasi tertinggi kedua di Kalimantan. Setelah Kotabaru yang menduduki peringkat inflasi tertinggi pertama sebesar 3,81 persen.
Mengutip data selama Desember, kenaikan inflasi di Balikpapan sebesar 0,39 persen. Terutama dari komoditas cabai rawit dan tomat sebagai penyumbang inflasi terbesar. Data BPS Balikpapan menyebutkan, cabai rawit mengalami kenaikan indeks harga hingga 25,78 persen. Itu memberi andil terhadap inflasi sebesar 0,1203 persen.
Menanggapi situasi ini, Pemkot Balikpapan melalui tim pengendali inflasi daerah (TPID) menyusun strategi penanganan inflasi di Balikpapan. Kepala Dinas Perdagangan Haemusri Umar mengatakan, TPID sedang menyiapkan tiga langkah strategis. Pertama, kembali menggencarkan operasi pasar oleh Dinas Perdagangan.
Kegiatan ini tentu akan melibatkan stakeholder terkait seperti distributor. “Tujuannya membuat harga bisa terjangkau karena barang yang dijual dengan harga distributor langsung,” ucapnya. Artinya, memangkas biaya distribusi. Dia mengatakan, teknis titik lokasi operasi pasar masih dalam pembahasan lebih lanjut.
Kemudian, memberikan dana bantuan kepada warga yang terkena dampak rentan. Ini mengacu pada data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Data ini masuk kewenangan Dinas Sosial. Sebelumnya, keluarga penerima manfaat yang berada dalam DTKS perlu dilakukan sinkronisasi dengan Kementerian Sosial, BKKBN, dan instansi lainnya.
“Informasi yang kami dapat dari Dinas Sosial, sejauh ini jumlah DTKS untuk distribusi bantuan warga rentan sekitar 3.961 orang,” ujarnya. Selain operasi pasar dan pemberian bantuan kepada warga terdampak, TPID juga melakukan intervensi dengan optimalisasi Perumda Manuntung Sukses.
“Bagaimana aspek sosial perumda berjalan dalam penanganan inflasi. Perumda bisa melakukan kerja sama antardaerah lagi,” ungkapnya. Seperti diketahui, Perumda Manuntung Sukses pernah melakukan kerja sama antar daerah untuk suplai komoditas bawang dan beras.
Dia berharap dari tiga langkah strategi atau intervensi, nantinya bisa menekan laju inflasi tahun ini. Seperti operasi pasar untuk membantu dalam pengendalian harga pasar. “Rencananya, semua strategi mulai berjalan selama Februari, Maret, April sesuai kesepakatan TPID. Jadi, Januari ini masih persiapan,” pungkasnya. (ms/k15)
DINA ANGELINA