Sudah sering terdengar lirih kesedihan akibat amukan api yang menghanguskan hunian warga. Tak ada yang menginginkan musibah itu terjadi. Apalagi bangunan yang terbakar memiliki jejak historis yang sulit dilupakan.
KEBAKARAN yang melanda rumah Nethenus Ajan (63), warga Jalan Suwandi, Blok C, RT 23, Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu. Dia menceritakan kisah pilu yang dialaminya.
Tatapan pria tua itu kosong, mengartikan kehampaan atas musibah yang diterimanya. Amukan si jago merah yang terjadi sekitar pukul 05.00 Wita, membuat rumah yang sudah lama dihuni itu habis. Kepada harian ini, Nethenus menceritakan rumah impian yang dibangunnya untuk masyarakat Kabupaten Mahulu dan sekitarnya, kini runtuh tak tersisa. Sayang, rumah itu sedikit besarnya menjadi saksi sejarah para warga dan mahasiswa Kabupaten Mahulu yang sempat merasakan rasa kekeluargaan dari sang pemilik rumah.
Kurang lebih pada 1988, rumah itu resmi berdiri. “Bukan saya dan keluarga saja yang tinggal, melainkan dulu ada juga orang dari Mahulu menginap di sini (rumah) dengan tujuan berobat ke rumah sakit di Samarinda,” ucapnya.
Para mahasiswa itu sedang menempa di berbagai perguruan tinggi di ibu kota Kaltim. Ada yang kuliah di Universitas Mulawarman (Unmul), Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Kaltim, dan Universitas Widya Gama. Namun, saat ini mereka sedang libur kuliah, dan memanfaatkannya untuk berlibur. “Barang-barang mereka masih ada di sini (rumah terbakar). Mereka enggak ada yang tahu kalau rumah ini terbakar,” sambungnya.
Nethenus menyebut, sekitar 8 mahasiswa aktif yang berdiam di rumah tersebut. Tak mahal mereka membayar hunian itu. Nethenus hanya meminta untuk biaya listrik dan air. Dia ingin generasi anak-anak Mahulu sukses menempuh pendidikan dengan baik. Atas dasar itu, pihaknya memberi harga murah. “Saya pernah merasakan susahnya menempuh pendidikan, semua itu tergantung keadaan ekonomi,” ujarnya. Nah, pengalaman yang dirasakan Nethenus menjadi dasar dirinya untuk membantu warga Mahulu atau sekitarnya dalam menempa pendidikan. “Saya dengar mereka (mahasiswa) dari Mahulu berhasil lulus sudah bangga, Mas. Saya Ikhlas karena saya pernah mengalami hal itu,” jelasnya.
Selain rumah yang hangus, barang berharga lainnya ikut lenyap tak tersisa. Hal itu yang membuat para korban merasa kehilangan. Nethenus berharap kepada Pemkot Samarinda untuk membantu selama pemulihan berlangsung. “Harapannya begitu. Minimal ada bantuan dari pemerintah, dan tentunya akan kami terima,” pungkasnya. (dra/k8)
EKO PRALISTIO