Cap hanya jago membangun, tapi melempem dalam merawat infrastruktur yang disematkan ke Pemprov Kaltim pelan-pelan terkikis. Sejumlah venue bekas PON mulai terasa ruhnya. Tanda dunia olahraga provinsi ini kembali bangkit.
ADA pemandangan berbeda ketika Kaltim Post melewati Kompleks Stadion Palaran, Samarinda, Rabu siang (7/9). Pohon-pohon trembesi di pinggir jalan yang sebelumnya menutupi kompleks sudah banyak ditebang. Bangunan-bangunan venue khususnya stadion utama Kaltim yang sebelumnya terhalang dahan, kini terlihat jelas.
Masuk melalui gerbang utama dengan dominasi abu-abu dan hijau tua, koran ini kembali mendapati suasana berbeda. Tidak ada lagi kesan terbengkalai. Semak belukar sudah tidak ada di sekitar areal masuk. Rumput liar tak dibiarkan meninggi. Jalur utama bersih dari lumpur.
Setelah melontarkan maksud kedatangan kepada sekuriti, media ini pun masuk dan bertemu Kepala Seksi Pengelola Stadion Utama Palaran, Junaidi. “Sudah dua tahun kompleks olahraga ini kami benahi atas arahan Pak Kadispora (Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kaltim),” ungkap Junaidi.
Secara kasatmata, banyak perubahan yang terjadi di Kompleks Olahraga Palaran. Becermin pada 2018 lalu, ketika Kaltim Post bertandang, kawasan itu ibarat lokasi “jin buang anak”. Jaraknya memang jauh dari pusat kota Samarinda. Dari Kecamatan Palaran, lokasinya sekitar 16 kilometer dari Kantor Gubernur Kaltim di Jalan Gajah Mada. Namun, yang membuat kompleks olahraga itu terabaikan dan bukan pada persoalan jarak.
“Untuk biaya pemeliharaannya saat ini Rp 2,5 miliar. Dibagi dua dengan pemeliharaan di Stadion Gelora Kadrie Oening yang dulu disebut Stadion Madya Sempaja. Dari angka itu dominan untuk pemeliharaan kebersihan,” jelas Junaidi. Anggaran itu tentu minim bila dibandingkan luas kompleks olahraga yang mencapai 88 hektare.
Dibangun pada 2005 dan difungsikan sebagai lokasi utama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII pada 2008, kawasan seharga Rp 800 miliar dari APBD Kaltim itu disebut memang sempat mendapat perhatian pada 2016 dan 2018 lalu. Kala itu dilaksanakan perhelatan Piala Gubernur Kaltim. Namun, perbaikan yang dilakukan tidak mampu mengubah wajah sedih kawasan yang dulu digadang sebagai ikon olahraga Kaltim itu.
Kompleks Olahraga Palaran memiliki total 10 venue. Antara lain stadion utama, stadion latihan sepak bola dan atletik, stadion akuatik, GOR Besar I (GOR Bulu Tangkis), GOR Besar II (GOR Serba Guna), Stadion Tenis, Arena Sepatu Roda, Stadion Baseball, Stadion Softball, dan Panjat Tebing.
Di antara 10 venue tersebut, yang paling menonjol adalah stadion utama berkapasitas 30 ribu penonton. Venue itu menjadi saksi keberhasilan Kaltim merebut emas sepak bola di PON 2008. Kondisi stadion sepak bola dan multifungsi itu sempat viral pada medio 2018-2019 setelah Kaltim Post menampilkan wajah bangunan yang retak, penuh sampah, kursi tribune berlumut, dan penuh semak belukar.
Kini, secara fisik bangunan, keretakan masih tampak di sejumlah sisi stadion. Utamanya di siring dan pagar di luar stadion. Di dalam stadion, yang tampak jelas adalah kondisi penurunan struktur. Lapangan stadion utama ambles. Jarak batas pagar antara tribune penonton dengan lapangan yang sebelumnya hanya sekitar1 meter.
Di sisi pintu masuk utama lapangan kini ada tambahan jarak sekira 60-70 sentimeter. Informasi yang diperoleh Kaltim Post, struktur tanah yang lunak menyebabkan kondisi tersebut.
Kondisi serupa terjadi di sejumlah venue. Termasuk di GOR Besar II atau Gedung Serba Guna yang kini rutin dipakai latihan siswa Sekolah Khusus Olahraga Internasional (SKOI) Kaltim. Di tempat yang sama, pernah dimanfaatkan untuk pelaksanaan vaksinasi massal Covid-19 yang melibatkan ribuan masyarakat.
“Yang ambles itu lantainya saja. Secara struktur masih kuat karena sejak pembangunannya benar-benar standar internasional sesuai peruntukannya,” imbuh Junaidi.