kriminal

Dari Tambang Manual Mantewe: Satu Korban Belum Ditemukan, Ujang Ingat Guru Sekumpul saat Tenggelam

Jumat, 29 Januari 2021 | 15:41 WIB
TEROWONGAN MAUT: Pintu masuk terowongan utama yang telah mengering. Saat longsor terjadi terowongan ini tertutup air dan lumpur. | FOTO: ALFIANNOOR FOR RADAR BANJARMASIN

Yang lain patuh dengan saran Ujang, memilih lari ke atas. Tapi berlari ke atas melawan arus bukan pekerjaan mudah. Berat. "Lepas gancu, lepas sepatu," komando Ujang ke rekan-rekannya yang tersisa.

Tapi air datang lagi begitu derasnya. Ujang terlempar. Terpisah dengan rekan-rekannya. Dia terseret arus. Berputar-putar, timbul tenggelam. Terminum lumpur. Di tengah suasana begitu, Ujang ingat mati. "Ya Allah, ampuni dosa saya. Terima iman Islam saya," ujarnya saat itu.

Tapi tiba-tiba dia ingat pesan Guru Sekumpul. Sepahit apapun musibah ingat zikir: Laailahaillallah terjadinya diri kamu di dalam perut Mamamu. Ketika ingat zikir itu, Ujang mengaku mendengar suara: "Kamu selamat, Nak. Berusahalah kamu untuk menyelamatkan diri."

Mendengar itu, Ujang menyelam ke arah kanan. Senter di kepalanya sudah hilang. Dia tidak tahu lagi arah. Belok ke kanan lagi, Ujang pun coba naik ke permukaan. Syukur, ternyata di bagian itu ada rongga udara. Air tidak memenuhi terowongan. Dia pun bisa menghirup oksigen. Dan akhirnya dapat tempat yang lapang.

Di sana dia dikagetkan dengan cengkeraman tangan di kakinya. Berbalik, dia raih sebuah tubuh dari dalam air. Ternyata seorang remaja. Namanya Utuh. "Paman tolong aku, mati aku," lirih Utuh ditirukan Ujang.

Ujang lantas membawa Utuh ke tempat tinggi. Memintanya diam di sana. Dia sendiri berjalan ke arah cahaya senter. Awalnya dikira cahaya itu berasal dari senter kepala pekerja yang lemas di bawah air. Ke sana Ujang berenang. Batas air dari atas terowongan hanya 10 senti.

Ujang pun menyelam, ternyata tidak ada pekerja di bawah air. Hanya ada senter. Dia raih penerang itu. Berenang, melihat lagi kilatan cahaya senter. Sama, senter itu ternyata sudah lepas dari kepala seorang pekerja.

Ketika di tangannya ada senter, Ujang mendengar teriakan-teriakan. Ada empat orang selamat. Empat orang itu dikumpulkan Ujang di sebuah tempat yang aman. Dia balik menjemput Utuh. Tapi, di sana Utuh sudah tak ada. "Mungkin dia mengira saya tinggal, padahal tidak," sesalnya.

Kembali ke empat rekannya. Beberapa putus asa. Ujang memberi semangat. "Bawa berzikir," pesannya. Seraya memimpin perjalanan ke atas, ke arah terowongan yang jebol. Mereka sampai di sana sekitar pukul 19.00.

Namun dinding jebol itu terlihat tertutup semua. Tidak ada jalan ke luar. Pekerja kembali merintih. Mereka merasa akan tewas semua. Ujang kembali memotivasi. Katanya, asal ada makanan mereka akan bertahan.

Tidak ingin larut dalam kesedihan, Ujang berkeliling. Dia dapat sekop dan gancu. Rencananya akan dipakai membuat jalan ke luar. Namun, fisik mereka lelah. Ujang lantas mengumpulkan ikan-ikan haruan yang terperangkap di terowongan.

Tidak lama dia bertemu dengan dua orang lagi. Jumlah mereka kini ada tujuh orang. Tengah malam terlihat cahaya senter dari terowongan yang jebol. Sekitar pukul 02.00 dini hari, Ujang memimpin enam orang merangkak menembus lubang kecil yang terlihat oleh cahaya dari tim penyelamat di luar.

Kepada wartawan dia mengaku, jika tidak ada kerjaan lain, tetap akan kembali ke bawah terowongan. "Tapi kalau ada kerjaan lain, ya mending yang lain saja," lirihnya. (zal/tof/ema)

Halaman:

Tags

Terkini