kriminal

Mendadak Ngotot Minta Pindah Ponpes, Santri Ternyata Jadi Korban Pelecehan Seniornya

Minggu, 4 Februari 2024 | 12:15 WIB
ilustrasi pelecehan

 

Peristiwa pelecehan seksual yang dialami seorang santri berusia 14 tahun di Kota Banjarbaru, berhasil terungkap berkat kepekaan naluri seorang ayah.  

Pasalnya, sebelum melapor ke Unit PPA Polres Banjarbaru, Jumat (2/2/2024), CR (34)sempat berbincang lewat sambungan telepon video (video call) dengan anaknya yang jadi korban pelecehan seniornya di Ponpes.

“Kamis (1/2/2024) pagi anak saya tiba-tiba nelpon (video call) sambil nangis dan langsung bilang minta pindah sekolah hari itu juga. Waktu ditanya apa alasannya, dia malah diam dan malah tambah ngotot minta pindah (sekolah),” ungkapnya. Heran dengan permintaan itu, CR pun terus membujuk anaknya untuk mengungkap alasan yang jelas. Sebab, sepantasnya seorang ayah, CR tentu hafal betul dengan sifat dan perilaku anaknnya. 

Baca Juga: Jalan Longsor Trans Batulicin-Kandangan Sudah Bisa Dilalui, Begini Imbauan Pak Polisi

Korban dikenal sebagai seorang remaja yang periang dan selalu nurut dengan nasehat orang tua. Setelah ditelusuri, ternyata bocah yang baru satu tahun setengah jadi santri di salah satu ponpes di Kecamatan Liang Anggang ini baru saja mengalami perlakuan tak senonoh dari senior alias kakak kelasnya.

Mendengar hal itu, CR yang saat itu masih berada di Puruh Cahu, Kalteng, langsung meminta saudaranya yang tinggal di Banjarbaru untuk segera menjemput anaknya Ponpes tersebut.

Meski demikian, ia bersama istrinya langsung berangkat ke Ibu Kota Provinsi Kalsel untuk bisa menemui anaknya lamgsung dan melaporkan kejadian tersebut ke Polres Banjarbaru.

“Yang namanya demi anak, jarak sejauh apapun tak lagi kami pedulikan,” ujarnya.  

Dan benar saja, setelah 12 jam menempuh perjalanan darat, CR akhirnya bertemu dengan buah hatinya. Namun saat itu kondisi sang anak sudah tak seceria dulu lagi.

“Gara-gara itu anak saya trauma. Yang biasanya ceria dan sering cerita tetang kegiatannya di Ponpes, sekarang malah banyak ngelamun. Bahkan agak kurang nyambung ketika diajak ngobrol,” bebernya.

CR mengaku sangat kecewa dengan pengurus Ponpes yang seolah membiarkan tindakan pelecehan seksual ini terjadi kepada putra semata wayangnya. Seandainya beritikad baik, kata CR, pihak Ponpes seharusnya langsung menghubungi orangtua santri setelah mendapat laporan dari anak-anak.

Sebab, sebelum korban dijemput oleh saudara CR di Banjarbaru, kasus pelecehan itu sebenanrnya sudah diketahui pihak Ponpes lantaran korban melapor ke gurunya. “Tapi ini sudah lewat 24 jam, tidak ada pihak Ponpes yang menghubungi. Makanya keluarga bersepakat membawa kejadian ini ke jalur hukum saja,” tukasnya. (*)

 

Tags

Terkini