Kebocoran media tersebut mengatakan bahwa, Departemen Luar Negeri sedang meninjau opsi untuk mengakui negara Palestina sebagai suatu cara untuk memberikan tekanan pada pemerintah Netanyahu saat mereka mempertimbangkan proposal gencatan senjata yang didukung AS.
Serangan Israel di Gaza terus berlanjut dan tidak ada tanda-tanda akan berakhir, dan sekitar 80 persen jaringan terowongan Hamas masih utuh, menurut Wall Street Journal.
Pernyataan para pejabat Israel bahwa perang di Gaza dapat berlanjut hingga tahun 2024 sangat kontras dengan lobi pemerintahan Biden untuk kampanye militer yang tepat dan singkat di wilayah kantong pantai Palestina yang terkepung tersebut sebagai tanggapan terhadap serangan lintas batas (7/10/23) yang dipimpin Hamas.
Perang di Gaza perlahan-lahan merembes keluar dari wilayah kantong Mediterania yang terkepung, dan berubah menjadi perang proksi yang mematikan antara AS dan Iran.
Selama akhir pekan, konflik bayangan ini meningkat ke titik tertinggi baru, dengan tiga tentara AS tewas dalam serangan pesawat tak berawak di sebuah pangkalan di Yordania oleh milisi yang didukung Iran.
Baca Juga: Amerika Serikat Bakal Balas Iran Imbas Serangan di Pangkalan Militer Jordania
Selama berpuluh-puluh tahun, AS menolak secara sepihak mengakui negara Palestina yang merdeka serta bersikeras bahwa langkah tersebut hanya akan dilakukan setelah Israel dan Otoritas Palestina mencapai kesepakatan akhir mengenai solusi dua negara.
AS juga secara rutin memblokir upaya PBB untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Menurut laporan Axios yang dikutip MEE, salah satu opsi yang bisa diambil AS, selain mengakui negara Palestina merdeka, adalah mencabut hak vetonya di Dewan Keamanan PBB.
Sekutu AS lainnya juga mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk mengakui negara Palestina yang merdeka. Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Inggris harus menetapkan seperti apa negara Palestina nantinya. (*)