• Senin, 22 Desember 2025

Hamas vs Israel, Tak Ada Opsi Stop Perang Permanen –jdl

Photo Author
Indra Zakaria
- Senin, 5 Februari 2024 | 10:23 WIB
Parade Militer Hamas di Gaza/MEMO
Parade Militer Hamas di Gaza/MEMO

 

GENCATAN senjata di Jalur Gaza tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Pejabat senior Hamas di Lebanon Osama Hamdan mengungkapkan bahwa kesepakatan akhir belum tercapai. Para pemimpin Hamas masih memerlukan lebih banyak waktu untuk mengkaji usulan kerangka kerja yang diajukan para pejabat Israel, Qatar, Mesir, dan AS tersebut.

’’Kami segera mengumumkan posisi kami berdasar keinginan untuk mengakhiri agresi yang diderita rakyat kami secepat mungkin,’’ ujarnya seperti dikutip Agence France-Presse. Dia menambahkan bahwa Hamas terbuka untuk mendiskusikan inisiatif apa pun guna mengakhiri agresi biadab terhadap rakyat Palestina. Usulan kerangka tersebut meliputi tiga tahap. Termasuk di antaranya gencatan senjata selama enam pekan disertai pertukaran tawanan di Gaza dan pembebasan penduduk Palestina yang ditahan Israel.

Baca Juga: Gencatan Senjata Israel-Hamas di Palestina Dikabarkan Segera Terjadi Selama 35 Hari

Otoritas Israel mengatakan, 132 orang penduduknya masih berada di Gaza, termasuk sedikitnya 27 tawanan yang diyakini telah terbunuh. Nanti tawanan yang dibebaskan duluan dimulai dari perempuan, anak-anak, warga sipil yang sakit dan lanjut usia, hingga tentara laki-laki dan laki-laki yang cukup umur untuk berperang. Tawaran tersebut sejatinya tidak sesuai dengan permintaan Hamas yang menginginkan penghentian perang total dan penarikan pasukan Israel.

Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan menginginkan lebih banyak konsesi. Yaitu, 3 ribu tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan 36 sandera sipil yang diculik dalam serangan 7 Oktober. Selain itu, pelepasan tersebut akan diperpanjang menjadi empat fase, bukan tiga fase yang diusulkan. Hamas juga menuntut agar Israel membebaskan pemimpin politik Palestina yang terkenal Marwan Barghouti.

Sebagian orang Palestina memandangnya sebagai sosok yang mirip dengan Nelson Mandela. Namun bagi Israel, Barghouti adalah pembawa teror. Beberapa media melaporkan bahwa Hamas membutuhkan waktu untuk menemukan semua sandera, baik yang hidup maupun tewas. Sebab, Israel meminta semua daftar sandera. Sejak awal, para sandera itu disebar di berbagai titik. Sebagian kecil berada di tangan kelompok lain di luar Hamas.

Outlet media Al-Hadath yang berbasis di Saudi melaporkan bahwa Hamas dan kelompok Palestina lainnya akan mengeluarkan pernyataan pada Minggu malam waktu setempat terkait tanggapan mereka terhadap usulan kesepakatan penyanderaan yang dirumuskan di Paris. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga rencananya melakukan perjalanan ke Timur Tengah lagi dalam beberapa hari mendatang untuk mendesak tercapainya kesepakatan.

Sementara itu, di lapangan pertempuran masih terus terjadi. Serangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di TK yang berada di Rafah telah menewaskan dua anak. TK tersebut dipakai sebagai tempat pengungsian. Serangan udara IDF telah menewaskan setidaknya 18 penduduk Palestina di Rafah dan Deir al-Balah pada Sabtu (3/2). Rafah berada di perbatasan selatan Gaza dengan Mesir. Lebih dari separuh penduduk Gaza mengungsi ke sana karena hampir semua lokasi sudah dibombardir Israel.

 

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan kepada Israel bahwa serangan militer tersebut adalah tindakan yang salah. ’’Mayoritas korbannya perempuan dan anak-anak. Bayangkan saja, mereka adalah anak-anak kita,’’ ujar Baerbock. ’’Bersama dengan mitra Amerika kami, saya telah menjelaskan kepada pemerintah Israel selama beberapa waktu bahwa orang-orang di Gaza tidak bisa menghilang begitu saja,’’ tambahnya. (sha/c6/bay/jpg/riz/k16)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

X