”And if you want to really see something, take a look what happened…” Kalimat terakhir yang diucapkan Donald Trump itu terputus oleh suara tembakan beruntun. Sejurus kemudian, tangan kanan Trump memegang telinga kanannya. Saat itulah Trump menyadari terjadi penembakan.
Baca Juga: Pelaku Penembakan Donald Trump Dikenal Pendiam dan Cerdas, Begini Fakta dari Thomas Matthew Crooks
Darah mengucur di sekitar wajah bagian kanan Trump. Pria 78 tahun itu dengan cepat merunduk. Di belakang Trump, enam personel Secret Service langsung mengerumuninya. Suara tembakan dan teriakan masih terdengar di antara kerumunan massa yang berjumlah ribuan orang itu. Para petugas lainnya turut naik ke panggung sambil menenteng senapan.
Baca Juga: Sekjen PBB Kutuk Serangan Israel di Zona Kemanusiaan Al Mawasi
Hanya dalam hitungan sekitar 1 menit setelah peluru menyasarnya, para agen itu mengangkat Trump untuk berdiri. ’’Sepatu saya, biarkan saya mengambil sepatu,’’ kata Trump sambil dibantu para agen.
Rambutnya acak-acakan. Topi merah bertulisan ’’Make America Great Again’’ yang dipakai presiden ke-45 AS itu entah di mana. Sejurus kemudian, Trump mengepalkan tangannya sambil berteriak ’’Fight, fight, fight!’’.
Teriakan itu dibalas para pendukungnya: ’’USA! USA!’’. Trump terus mengepalkan tinju saat para agen mendorongnya masuk ke mobil SUV. Kerumunan massa terus meneriakkan USA! USA!.
Detik-detik penembakan Trump itu disiarkan langsung oleh banyak stasiun televisi di AS. Setelah 43 tahun berlalu, aksi percobaan pembunuhan paling serius terhadap seorang presiden atau capres AS kembali terulang. Insiden itu terjadi saat bakal calon presiden Donald Trump berkampanye di atas panggung di Butler, Pennsylvania.
Pada momen kampanye itu, Trump tengah memamerkan grafik jumlah penyeberangan migran di perbatasan. Setelah enam menit pidatonya, terjadilah insiden penembakan itu.
Dilansir dari AFP, US Secret Service menyebutkan, penembakan itu mengakibatkan seorang penonton tewas dan dua lainnya kritis. Dinas Rahasia AS itu menambahkan, tembakan tersebut dilepaskan dari posisi yang lebih tinggi daripada panggung.
Insiden penembakan kepada Trump itu merupakan upaya pertama untuk membunuh seorang presiden atau calon presiden sejak Presiden AS Ronald Reagan ditembak pada 1981 silam. (*)