“Hal yang penting, negara-negara Eropa yang sebelumnya lebih enggan karena tekanan Amerika Serikat dan Israel kini menunjukkan kekhawatiran bahwa situasi di lapangan semakin memburuk, tanpa ada kemajuan yang dicapai,” ungkapnya.
Sayangnya, dukungan tegas PBB terhadap solusi dua negara ini seolah tak diindahkan. Pasalnya, aksi genosida Israel di Gaza terus terjadi. Aksi pembantaian ini pun kian brutal setelah Netanyahu menyetujui rencana perluasan permukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel, sehingga membuat negara Palestina di masa depan nyaris mustahil.
Warga di Jalur Gaza terus menghadapi gempuran artileri dan pemboman berat dari pasukan Israel. Sebanyak 59 orang dilaporkan meninggal dunia tak lama setelah hasil diumumkan.
Militer Israel mengatakan telah menyelesaikan lima gelombang serangan udara di Kota Gaza pekan ini sebagai bagian dari rencana penguasaan. Mereka menargetkan lebih dari 500 lokasi untuk bisa benar-benar menguasai Gaza. Militer juga menyatakan akan terus meningkatkan intensitas serangan secara terarah dengan tujuan menghantam infrastruktur Hamas.
Pemerintah Gaza mengatakan lebih dari 1,3 juta warga Palestina, termasuk 350.000 anak-anak, masih berada di Kota Gaza dan wilayah utara, meskipun Israel terus-menerus melakukan pemboman dan perintah evakuasi paksa.
Dalam Perang yang hampir menyentuh dua tahun ini, Israel telah menewaskan sedikitnya 64.756 orang dan melukai 164.059 orang sejak Oktober 2023. Ribuan lainnya diyakini masih tertimbun reruntuhan. Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan 7 Oktober, dan sekitar 200 orang ditawan. (*)