PONTIANAK – Wacana pengurangan luasan rumah subsidi dari tipe 36 meter persegi menjadi 18 meter persegi menuai kritik dari mantan Gubernur Kalbar, Sutarmidji. Ia menilai, wacana tersebut tidak rasional, dan berpotensi melanggar standar hunian layak. “Kalau suami 100 kilogram, istri 90 kilogram, anak tidur di mana,” ujar Midji-sapaan karibnya menyindir secara satir.
Menurutnya, hunian sehat untuk satu orang idealnya minimal 7,2 meter persegi, sebagaimana ketentuan dari Kementerian PUPR. Jika dihuni satu keluarga dengan dua anak, maka dibutuhkan setidaknya 28,8 meter persegi sebagai batas minimal.
Baca Juga: DPPKUKM Kaltim Gelar Pelatihan Penguatan Kelembagaan Bagi Pengurus Koperasi
“Harusnya empat kali 7,2 meter persegi. Rumah itu perlu sirkulasi udara, dan ruang gerak,” ucapnya. Midji juga mengenang saat menjabat Wali Kota Pontianak, dirinya bahkan pernah menolak rencana pembangunan rumah susun tipe 21 meter persegi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Alasannya, menurut dia, proyek tersebut tidak menyelesaikan persoalan kemiskinan secara menyeluruh.
“Kalau mengacu indikator kemiskinan versi BKKBN, ada 14 indikator, dan enam di antaranya berkaitan langsung dengan kondisi rumah,” ujarnya. Lebih lanjut, ia menyebut bahwa rumah subsidi seharusnya tetap berukuran minimal 32 hingga 36 meter persegi. Ukuran di bawah itu, kata dia, hanya akan memperkuat status warga sebagai keluarga pra sejahtera, meskipun material bangunannya mewah.
“Percuma dibangun rumah tipe 14 atau 18, biar dindingnya marmer pun tetap dianggap tidak layak,” ujarnya. Ia menilai, Kalbar sebaiknya tidak menerapkan konsep rumah subsidi tipe 18 meter persegi. Apalagi, menurutnya, tipe 36 saja masih banyak yang belum dihuni secara maksimal.
“Kalau di kota lahan terbatas, lebih baik buat kawasan permukiman baru untuk ribuan masyarakat. Dibuatkan infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih, dan listrik yang layak. Itu lebih logis, dan tidak memberatkan negara,” sarannya.
Ia menekankan, rumah subsidi bukan hanya sekadar atap dan tembok, tapi juga harus memberi ruang tumbuh, dan kenyamanan bagi keluarga. “Kalau dapur kelihatan dari tempat tidur, ke kamar kelihatan, seperti lirik lagu ‘di mana-mana ada kamu’, itu bisa bikin KB gagal,” ucapnya gubernur periode 2018-2023 itu.
Terakhir, ia mengingatkan bahwa inovasi dalam penyediaan rumah subsidi seharusnya menciptakan solusi ke depan, bukan malah mundur.
“Inovasi itu harus menjawab tantangan masa depan, bukan bikin tambah suntuk. Apalagi buat keluarga yang penghasilannya pas-pasan,” tegasnya.(bar)