• Minggu, 21 Desember 2025

Puluhan Pelajar Landak Terkapar Diduga Keracunan Soto Ayam dari Menu Gizi Sekolah

Photo Author
- Sabtu, 22 November 2025 | 10:15 WIB
Para pelajar korban dugaan keracunan MBG yang dilarikan ke Klinik Utama ST. Elisabeth Ngabang. (Ist)
Para pelajar korban dugaan keracunan MBG yang dilarikan ke Klinik Utama ST. Elisabeth Ngabang. (Ist)

 

NGABANG- Puluhan pelajar SMA dan SMK Persekolahan Maniamas Ngabang, Kabupaten Landak, harus dilarikan ke rumah sakit setelah diduga mengalami keracunan makanan pada Rabu (19/11/2025). Insiden ini terjadi setelah para siswa mengonsumsi menu Makanan Bantu Gizi (MBG) yang disediakan oleh sekolah.

Gejala keracunan yang muncul pada para pelajar bervariasi, mulai dari mual, muntah, hingga diare. Semua korban segera mendapat penanganan medis di Klinik Utama ST. Elisabeth Hungaria Ngabang. Bupati Landak, Karolin Margret Natasa, langsung bergerak cepat menjenguk para korban. Dalam kunjungannya, Bupati Karolin memastikan bahwa penyelidikan intensif tengah dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti keracunan.

"Kami sedang menyelidiki penyebabnya dan akan berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional di Kabupaten Landak untuk memastikan hal ini," ujar Bupati Karolin. Salah satu pelajar yang dirawat mengungkapkan bahwa gejala mual dan pusing mulai dirasakan tak lama setelah mereka menyantap soto ayam yang merupakan bagian dari menu MBG hari itu.

Dapur SPPG Dinonaktifkan Sementara

Menanggapi insiden serius ini, Koordinator Wilayah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Landak, Yohanes, turut mengunjungi lokasi perawatan korban pada Kamis (20/11/2025) dini hari.

Yohanes menyampaikan permohonan maaf dan menekankan bahwa penanganan medis maksimal bagi para pelajar adalah prioritas utama. Sebagai langkah tindak lanjut, operasional dapur SPPG Hilir Kantor Ngabang II telah dinonaktifkan sementara.

"Kami akan tetap mengikuti prosedur standar operasional (SOP), tetapi yang paling penting adalah penanganan medis yang maksimal untuk anak-anak kami," katanya.

Penonaktifan dapur ini dilakukan sesuai SOP, di mana operasional harus dihentikan hingga hasil uji laboratorium sampel makanan keluar. Pihak SPPG berharap dukungan dari Dinas Kesehatan dan BPOM Pontianak dapat mempercepat proses pemeriksaan sampel tersebut.

Yohanes juga menjamin transparansi dan berkomitmen akan menyampaikan hasil uji laboratorium kepada publik.

Untuk mencegah terulang kejadian serupa di masa depan, SPPG Kabupaten Landak telah mendatangkan alat rapid test untuk memeriksa bahan makanan sebelum diolah."Alat rapid test sudah tersedia di setiap SPPG, dan ini akan digunakan untuk meminimalisir risiko keracunan di masa depan," jelas Yohanes. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa distribusi alat tersebut belum merata di seluruh dapur SPPG, dan uji coba masih dilakukan untuk memastikan efektivitasnya. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X