PONTIANAK - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio Pontianak mengeluarkan peringatan dini terkait peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalimantan Barat untuk periode 19 hingga 26 Juli 2025.
Sutikno, Koordinator Data dan Informasi mengatakan berdasarkan analisis curah hujan, sebagian besar wilayah Kalimantan Barat telah mengalami curah hujan rendah sejak 20 Juni 2025.
"Meskipun beberapa wilayah sempat diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir, intensitas dan akumulasinya belum cukup untuk menurunkan potensi kekeringan. Saat ini, hanya wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang tercatat masih mengalami hujan lebat," jelasnya.
BMKG memprakirakan dalam sepekan ke depan, peluang terjadinya hujan di wilayah Kalimantan Barat akan sangat rendah. Cuaca akan cenderung panas dan kering, yang berpotensi memperparah kondisi kekeringan dan meningkatkan kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan, terutama di wilayah pesisir barat Kalimantan Barat yang didominasi oleh lahan bergambut.
"BMKG mengimbau kepada seluruh pihak, baik pemerintah daerah, instansi terkait, maupun masyarakat untuk Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi karhutla, tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan atau hutan dalam bentuk apa pun, dan terus memantau perkembangan informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini dari BMKG melalui kanal resmi," ujarnya.
Baca Juga: Kasus Pembunuhan di Muara Kate Paser, 43 Saksi Diperiksa Baru Satu yang Jadi Tersangka
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalbar memastikan hingga pertengahan Juli 2025 belum ditemukan indikasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kalbar. Hal ini disampaikan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Informasi dan Data BPBD Kalbar, Daniel.
"Untuk saat ini belum ada info karhutla, semua masih aman," ujarnya, belum lama ini. Meski kondisi masih relatif aman, BPBD Kalbar terus melakukan sejumlah langkah antisipatif untuk mencegah terjadinya karhutla, terutama di wilayah-wilayah yang tergolong rawan. Salah satunya dengan mendorong BPBD di kabupaten dan kota untuk meningkatkan patroli di lapangan. Petugas diminta membawa perlengkapan lengkap guna mendukung operasi pemadaman, pemblokiran, hingga pembasahan area yang berpotensi terbakar.
Selain itu, Pemerintah Pemprov Kalbar bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Operasi ini bertujuan untuk menurunkan hujan buatan di kawasan kering guna mengurangi risiko kebakaran.
Di sisi lain, kata Daniel, BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio Pontianak juga terus memantau perkembangan titik panas di seluruh wilayah Kalbar. Pemantauan dilakukan melalui teknologi satelit dan radar cuaca untuk mendeteksi secara dini wilayah-wilayah yang mengalami kenaikan suhu permukaan.
“Dengan upaya kolaboratif ini, kami berharap potensi karhutla di Kalbar bisa ditekan semaksimal mungkin sehingga tidak menimbulkan gangguan bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar,” harapnya.(mrd)