kalimantan-barat

Karhutla Dekati Bandara Supadio Pontianak, Pemadaman Terkendala Air

Rabu, 23 Juli 2025 | 11:45 WIB
KARHUTLA: Tim gabungan BPBD Kalbar bersama relawan dan aparat TNI-Polri melakukan pemadaman karhutla di Gang Bahagia, Desa Limbung, Kubu Raya, Selasa (22/7) sore. (BPBD KALBAR FOR PONTIANAK POST)

 

PONTIANAK - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali terjadi di wilayah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar). Kali ini, titik api muncul di sekitar Gang Bahagia, Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Selasa (22/7). Lokasi kebakaran diketahui berada tidak jauh dari kawasan permukiman dan hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Bandara Internasional Supadio.

Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar, BPBD Kubu Raya, TNI, Polri, hingga relawan pemadam swasta turun langsung ke lokasi kejadian untuk memadamkan api.

Baca Juga: Pria Ini Tempuh Jalur Hukum karena Merasa Difitnah Jadi Penampung Emas dan BBM Ilegal

“Sore ini kami berjibaku bersama tim di lapangan, melakukan penanganan karhutla di belakang komplek permukiman warga,” kata Ketua Satuan Tugas (Satgas) Informasi BPBD Kalbar, Daniel yang menerima laporan langsung dari lokasi.

Menurutnya, proses pemadaman dihadapkan pada sejumlah kendala teknis, terutama minimnya ketersediaan air di sekitar lokasi. Jarak antara sumber air dan titik api cukup jauh, ditambah dengan kondisi parit yang mengalami pendangkalan.

“Kami kesulitan mendapatkan sumber air terdekat. Karena itu, terpaksa menggunakan armada tangki sebagai sumber air utama untuk penyemprotan,” jelasnya. Hingga Selasa sore, api belum sepenuhnya padam, namun tim terus melakukan penyemprotan untuk mencegah karhutla meluas ke permukiman dan area vital lainnya, termasuk jalur udara. Pemantauan terus dilakukan mengingat lokasi karhutla yang cukup dekat dengan bandara.

Selain potensi gangguan penerbangan akibat asap, posisi api yang berada di dekat kawasan padat penduduk juga menjadi perhatian utama. Tim gabungan mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan dalam bentuk apapun selama musim kemarau, mengingat kondisi cuaca yang mudah memicu kebakaran meluas.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalbar telah memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai meningkatnya potensi kemunculan titik panas (hotspot) seiring menurunnya curah hujan di wilayah ini. Kalbar diprediksi memasuki fase awal musim kemarau mulai Agustus dasarian II (11–20 Agustus), terutama di wilayah Kayong Utara bagian barat dan Kubu Raya bagian selatan.

Dalam laporan prospek iklim Dasarian III (21–31 Juli 2025), BMKG menyebut sebagian besar wilayah Kalbar akan mengalami curah hujan kategori rendah hingga menengah. Kondisi ini berpotensi mempercepat kekeringan, dan memicu karhutla, khususnya di daerah rawan seperti Pontianak, Kubu Raya, Sambas, Singkawang, hingga Sintang.

“Kami imbau masyarakat dan semua pemangku kepentingan tetap waspada. Kondisi kering yang berlangsung lama dapat meningkatkan risiko hotspot dan kekeringan, terutama pada lahan pertanian dan kawasan gambut,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Kalbar dalam keterangannya.

Selama Dasarian II (11–20 Juli), curah hujan di Kalbar umumnya berkisar antara 0–150 mm per 10 hari. Sebagian besar wilayah tercatat mengalami hujan kategori rendah hingga menengah. Hanya Kapuas Hulu, tepatnya Kecamatan Jongkong, yang mengalami hujan tinggi sebesar 174 mm per dasarian.

Di sisi lain, beberapa wilayah telah mencatat hari tanpa hujan cukup panjang. Di antaranya Jawai (Sambas) dan Teluk Pakedai (Kubu Raya), yang mengalami 10 hari berturut-turut tanpa hujan. Secara umum, sifat hujan yang tercatat pada periode ini tergolong Bawah Normal hingga Normal, meski ada sebagian wilayah yang mengalami hujan di atas normal, terutama di Kabupaten Ketapang.

Dari sisi dinamika atmosfer global, kondisi saat ini berada dalam fase netral. Nilai ENSO tercatat -0,02 dan IOD juga netral, yang berarti Kalbar tidak sedang dipengaruhi oleh fenomena El Niño maupun La Niña secara ekstrem. Namun, suhu muka laut di sekitar Kalbar cenderung lebih hangat dari biasanya, dan angin timuran masih mendominasi.

Halaman:

Terkini