PONTIANAK - Ketua Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kalimantan Barat, Eka Nurhayati, mengungkapkan bahwa kasus yang paling banyak dilaporkan ke lembaganya masih didominasi oleh kejahatan seksual dan bullying terhadap anak. Fakta ini menjadi pengingat bahwa perlindungan anak di Kalbar masih menghadapi tantangan serius.
Dalam momentum peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025, Eka mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan hari tersebut bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi sebagai ruang evaluasi dan refleksi mendalam.
Baca Juga: Karhutla Dekati Bandara Supadio Pontianak, Pemadaman Terkendala Air
“Hari Anak Nasional ini menjadi momen tepat untuk merenung, untuk merefleksi, dan mengevaluasi bagi saya dan kita,” ujarnya.
Eka menilai banyak pertanyaan-pertanyaan yang bisa direfleksikan melalui momen HAN 2025 ini. Ia mempertanyakan sejauh mana peran orang dewasa telah menjadi teladan, sekaligus pelindung hak-hak anak, bukan justru menjadi pelaku kekerasan ataupun pihak yang mengabaikan pelanggaran hak-hak mereka.
“Apakah kita dan saya sudah memberikan ekosistem yang aman dan lingkungan yang mendukung perkembangan?” renungnya. Baginya, HAN 2025 bukan hanya momen euforia belaka ataupun meratapi keadaan yang tidak sesuai dengan harapan. Momen ini menjadi sebuah sarana untuk terus menggali diri dan potensi serta ikut berperan serta terus-menerus dalam memberikan masa depan yang baik bagi mereka.
“Perjalanan untuk mendukung mereka, anak-anak kita, masih panjang. Berproses hingga anak-anak Indonesia mendapatkan tempat yang setara di dunia ini, dan ini lebih dari sebuah harapan yang besar,” imbuhnya.
Eka mengutip ungkapan Latin "ad maiora natus sum", yang berarti “saya dilahirkan untuk hal-hal yang lebih besar,” sebagai pengingat bahwa anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang akan membawa Indonesia ke panggung nasional dan internasional.
Ia menilai, anak-anak, pengasuhan dan pendidikan memiliki benang merah. Pendidikan dan kebutuhan, adalah dua kata sakral yang sampai sekarang terus saya ingat dan terus kaji ulang, yang menjadi kebutuhan anak tentu itulah yang harusnya diberikan. “Apakah selama ini melalui pendidikan yang kita berikan, saya dan kita semua memberikan kebutuhan mereka? Atau hanya mengenyangkan kebutuhan kita sendiri sebagai orang dewasa?” tanyanya.
Ia mengingatkan anak-anak adalah penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa besar ini sehingga perlu mendapatkan dukungan yang memadai. Anak-anak baginya adalah para pewaris atas apa yang akan titipkan dari saat ini hingga di kemudian hari.
“Oleh karena itu kita yang dititipkan kewenangan dan tanggung jawab, berbuatlah sesuai amanah menjaga sesuai tusi menegakkan aturan mengacy regulasi, dan memeluk anak-anak dengan kasih yang ada keamanan dan kenyamanan untuk mereka dimanapun mereka tumbuh dan berkembang,” pungkasnya. (sti)