kalimantan-barat

Waspada! Obesitas Anak di Kalbar Capai 8,9%, Pola Makan Instan dan Minuman Manis Jadi Biang Keladi

Senin, 24 November 2025 | 13:45 WIB
ilustrasi obesitas pada anak

PONTIANAK – Persentase anak usia lima hingga 12 tahun yang mengalami obesitas di Kalimantan Barat (Kalbar) mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni 8,90 persen. Angka ini berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, yang hingga kini masih menjadi acuan utama.

Akademisi Universitas Muhammadiyah, M. Taufik, mengingatkan bahwa meski data terbaru belum dirilis, pola konsumsi anak-anak saat ini mengindikasikan risiko peningkatan kasus obesitas.

"Meskipun belum ada publikasi terbaru yang lebih mutakhir, pola konsumsi saat ini mengindikasikan risiko peningkatan," ujar Taufik kepada Pontianak Post, kemarin.

Menurut Taufik, meningkatnya kecenderungan obesitas sejalan dengan pergeseran pola makan dan gaya hidup anak-anak yang semakin tidak sehat. Pola konsumsi di Kalbar, mirip dengan tren nasional, didominasi oleh makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak (GGL).

"Pola makan anak-anak sekarang banyak bergeser dari makanan segar ke produk instan, ultraprocessed, dan minuman manis yang bisa menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada obesitas,” jelas Taufik.

Ia menerangkan bahwa konsumsi minuman manis kini semakin lazim, bahkan di usia sekolah dasar. Minuman dengan kadar gula tinggi ini sering menjadi sumber kalori harian yang dikonsumsi berlebihan tanpa disadari oleh orang tua. Kalori tinggi yang masuk setiap hari tanpa diimbangi aktivitas fisik memadai dapat memicu kenaikan berat badan yang tidak sehat.

Faktor Keluarga dan Anggapan "Anak Gemuk = Anak Sehat"

Taufik menyebut keluarga masih menjadi faktor paling kuat yang mempengaruhi terjadinya kegemukan pada anak.

"Masih banyak orangtua yang menganggap anak gemuk adalah anak sehat. Padahal obesitas justru meningkatkan risiko diabetes, hipertensi, bahkan penyakit jantung saat anak dewasa nanti,” tegasnya.

Selain itu, sebagian keluarga dinilai belum memperhatikan kandungan gizi makanan yang diberikan di rumah. Menu harian sering dipenuhi makanan instan atau tinggi kalori seperti mi instan, nasi goreng, atau camilan manis.

“Sering kali anak diberi makanan yang enak tapi rendah nutrisi. Akhirnya, energi yang masuk lebih besar daripada yang mereka keluarkan,” jelas Taufik. Taufik juga menyoroti lingkungan sekolah yang turut berkontribusi, di mana banyak kantin sekolah masih menyediakan camilan dan minuman yang tidak mendukung pola hidup sehat. (*)

Terkini