• Minggu, 21 Desember 2025

Awas Ancaman Karhutla, Puncak Musim Kemarau Diprediksi Bulan Agustus

Photo Author
- Senin, 7 Juli 2025 | 11:15 WIB
KARHUTLA: Karhutla yang terjadi tahun lalu. Tahun ini, ancaman itu masih ada seiring musim kemarau yang diprediksi puncaknya bulan Agustus mendatang. (Foto: Dokumen Radar Banjarmasin)
KARHUTLA: Karhutla yang terjadi tahun lalu. Tahun ini, ancaman itu masih ada seiring musim kemarau yang diprediksi puncaknya bulan Agustus mendatang. (Foto: Dokumen Radar Banjarmasin)

 

BANJARMASIN – Puncak musim kemarau di Kalsel diprediksi pada bulan Agustus mendatang. Meski belum menetapkan siaga darurat, Pemprov Kalsel telah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk menghadapi ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

Pj Sekdaparov Kalsel, Muhammad Syaripuddin mengungkap dari hasil Rapat Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Perkembangan Penanganan Karhutla bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto belum lama tadi, ancaman karhutla masih ada di Kalsel.

Jadi perlu kesiapsiagaan dalam menangkalnya. Dari prediksi dari Stasiun Klimatologi BMKG Kalsel, musim kemarau diperkirakan tidak akan datang serentak di seluruh wilayah pada tahun ini. Awal kemarau diprediksi bakal tersebar, mulai bulan Mei tadi hingga Agustus.

Dengan puncaknya diprediksi terjadi pada bulan Agustus, dan sebagian kecil pada Oktober mendatang. Di sebagian besar wilayah Kalsel diperkirakan akan mengalami musim kemarau dengan sifat normal (96,6 persen), sedangkan sisanya bawah normal (3,4 persen).

Dengan durasi kemarau bervariasi, mulai dari 7 hingga 18 dasarian. Syaripuddin menegaskan kesiapan Kalsel sudah matang. Salah satunya dengan penguatan kolaborasi lintas sektor melalui pembinaan dan pengaktifan Tim Reaksi Cepat (TRC).

Pemetaan wilayah rawan pun sudah dilakukan, terutama di zona prioritas seperti kawasan Bandara Syamsudin Noor. Ia menyebut sosialisasi lintas sektor di daerah rawan sudah dilakukan dengan melibatkan sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, hingga pelaku usaha.

“Penguatan manajemen posko serta patroli dan pembasahan lahan secara rutin di area kritis pun sudah berjalan,” terangnya. Tak hanya itu, pengajuan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dan operasi udara/helikopter kepada pemerintah pusat sudah dilakukan. Hal ini agar penanganan karhutla bisa dilakukan sejak dini.

“Sesuai arahan Kepala BNPB, jika curah hujan semakin sedikit, segera bersurat untuk menetapkan status siaga. Untuk Kalsel kami akan lakukan rapat lanjutan untuk berkoordinasi dalam menentukan penetapan status di Kalsel,” paparnya.

Suharyanto menyebut ada empat daerah di Indonesia yang sudah menetapkan status siaga darurat karhutla. Riau, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalbar.

Penetapan ini begitu penting. Supaya bantuan antisipasi kebencanaan dari BNPB bisa dilakukan. Dari data BPBD Kalsel, sepanjang periode 1 Januari hingga 1 Juli tadi, ada sebanyak 23 kejadian karhutla dengan luas lahan terdampak mencapai 19,50 hektare.

Kota Banjarbaru menjadi wilayah dengan jumlah kejadian tertinggi, yakni 20 kasus dengan luas lahan terdampak mencapai 14,7 hektare. Sementara beberapa kabupaten seperti Balangan, Tapin, dan Banjar mencatat titik hotspot cukup tinggi, meski tanpa kejadian karhutla yang berdampak langsung pada lahan. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Banjarmasin

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X