• Minggu, 21 Desember 2025

Siapa PM Noor? Sosok yang Banyak Dijadikan Nama Jalan di Kalimantan

Photo Author
- Selasa, 19 Agustus 2025 | 11:00 WIB
PM Noor
PM Noor

Di Samarinda ada jalan PM Noor, demikian juga di Kalsel dan provinsi lainnya di Kalimantan. Sebenarnya siapa sih PM Noor ini?  Pangeran Mohammad Noor (PM Noor) bukan sekadar pemuda asal Banua yang bergelar Pahlawan Nasional. 

Ia adalah tokoh yang gigih memperjuangkan agar Kalimantan tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) usai Proklamasi 17 Agustus 1945.

Dosen sekaligus peneliti sejarah UIN Antasari, Mursalin, menyebut PM Noor sebagai figur kunci dalam fase awal republik.  “Istilahnya, beliau berontak terhadap isi Perjanjian Linggarjati yang tidak memasukkan Kalimantan sebagai bagian Indonesia,” ujarnya.

 Seperti diketahui, dalam Perjanjian Linggarjati tahun 1947, wilayah RI hanya diakui meliputi Jawa, Sumatera, dan Madura.  Sedangkan Kalimantan bersama wilayah lain ditempatkan dalam konsep negara federal buatan Van Mook. Sikap inilah yang diprotes keras oleh PM Noor. Ia bahkan sampai menuliskan kritik terbuka di surat kabar Mimbar Indonesia edisi 10 November 1947.

Sikap serupa juga ia tunjukkan terhadap Perjanjian Renville (1948) dan Roem-Royen (1949). Hal tersebut dikarenakan ketiga hasil perundingan itu dinilai melemahkan posisi republik.  “Beliau konsisten menolak konsep federal yang berusaha memisahkan Kalimantan dari NKRI,” tegas Mursalin.

Perjuangan PM Noor tidak berhenti di meja diplomasi. Ia juga ikut terlibat dalam medan pertempuran melawan invasi NICA alias pasukan tentara sekutu.  Dari rumahnya yang dijadikan markas para Tentara Pelajar di Yogyakarta, tepatnya di Jalan Bantaran Wetan No 9 dan Jalan Batanawarsa No 10, ia mengkoordinasikan strategi dalam mengusir penjajah. Dari sanalah pengiriman bala tentara ke sejumlah daerah dikerahkan. Termasuk Kalimantan.

Baik melalui jalur udara dengan pesawat MN 1001 pimpinan Tjilik Riwut, maupun jalur laut yang pergerakan kemudian dipimpin Brigjen Hasan Basry, hingga lahirlah pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan.

“Ini menunjukkan jiwa beliau di Jawa, tapi jiwanya ada di Kalimantan. Seluruh energi dan pikirannya dicurahkan untuk memastikan Banua tidak hilang dari peta Indonesia,” papar Mursalin.

PM Noor sendiri ditunjuk sebagai Gubernur Kalimantan dalam sidang PPKI pada 19 Agustus 1945, setelah Anang Abdul Hamidhan menolak jabatan itu demi menjaga integritasnya sebagai jurnalis.

Sejak saat itu, nama PM Noor melekat sebagai representasi Kalimantan di tubuh republik. Terkait latar belakang, PM Noor memang dikenal sebagai tokoh berdarah bangsawan, yang membuatnya punya akses pendidikan tinggi sejak kecil.

Mulai dari Volkschool (1911), HIS (1917), HBS Surabaya (1923), hingga Technische Hooge School Bandung (1927). Di kampus itu, PM Noor sempat menjadi adik tingkat Ir Soekarno. “Keturunan raja, pendidikan Belanda, dan semangat kebangsaan menjadikannya sosok lengkap. Beliau teknokrat, diplomat, sekaligus pejuang,” kata Mursalin.

Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional baru ia terima pada 2016, lewat Keppres No 123/TK/2016 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo. Gelar itu menegaskan kembali posisi PM Noor sebagai salah satu Founding Father bangsa.

Mursalin menegaskan, kiprah PM Noor harus terus disuarakan agar generasi muda Banua mengenal peran tokoh daerahnya. “Kalau kita biarkan, sejarah akan menulis seakan-akan Kalimantan tidak pernah berjuang. Padahal PM Noor membuktikan sebaliknya,” pungkasnya. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Banjarmasin

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X