• Minggu, 21 Desember 2025

Hujan Deras di Kalsel Hasil Modifikasi, BMKG: Kemarau Masih Panjang dan Bisa Picu Cuaca Ekstrem

Photo Author
- Jumat, 22 Agustus 2025 | 09:45 WIB
ilustrasi hujan
ilustrasi hujan

BANJARBARU - Hujan deras yang mengguyur Banjarbaru, Banjarmasin, dan sejumlah wilayah lain di Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam beberapa hari terakhir sempat membuat warga terkecoh. Banyak yang mengira musim kemarau sudah selesai lebih cepat.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalsel memastikan bahwa kemarau masih akan berlangsung hingga Oktober 2025 mendatang.

Hujan yang turun belakangan ini bukan tanda musim berganti, melainkan hasil dari Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dilakukan pemerintah. “OMC di Kalsel dilaksanakan selama 10 hari, dari 13 sampai 22 Agustus 2025,” jelas Forecaster Iklim BMKG Kalsel, Erlina Natasya Kurniasari, Kamis (21/8) sore.

Menurutnya, hujan buatan ini bertujuan untuk menjaga lahan gambut tetap basah agar tidak mudah terbakar. “Fungsi OMC adalah langkah antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla),” ujarnya.

Meski hujan buatan berhasil mengguyur beberapa daerah, risiko kebakaran hutan dan lahan di Kalsel masih tinggi. BMKG pun mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas yang bisa memicu api.

“Kami ingatkan agar masyarakat tidak sembarangan membakar lahan atau membuang puntung rokok. Sekali api muncul di lahan kering, sulit dikendalikan,” tutup Erlina.

Cuaca Ekstrem Mengintai

Kondisi ini juga dikuatkan oleh Analis Iklim Stasiun Klimatologi (Staklim) Kelas I BMKG Kalsel, Muhammad Arif Rahman.

Ia menegaskan bahwa cuaca saat ini memang membingungkan banyak orang. Namun secara ilmiah, Kalsel masih berada dalam periode kemarau. 
“Wilayah Kalsel bagian barat sudah masuk musim kemarau sejak Juni 2025. Sedangkan bagian timur lebih lambat karena dipengaruhi uap air dari angin monsun Australia yang tertahan oleh Pegunungan Meratus,” jelasnya.

Pegunungan Meratus, yang membentang dari selatan ke utara, membagi Kalsel dalam dua pola iklim berbeda. Wilayah timur seperti Martapura, cenderung lebih basah karena angin yang melambat di lereng gunung menumpuk uap air dan berubah jadi hujan. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X