kalimantan-selatan

Mengantar untuk yang Terakhir, Kalsel Berkabung Kepergian Guru Zuhdi

Senin, 4 Mei 2020 | 11:05 WIB
BERDUKA: Para jemaah menyambut ambulans yang membawa jenazah KH Ahmad Zuhdiannor di Belakang Masjid Jami Banjarmasin, Sabtu (2/5) sore. | FOTO: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN

---

KH Ahmad Zuhdiannoor kelahiran Alabio 10 Februari 1972 silam. Selain dikenal humoris dia juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Tak jarang, dia terlihat ikut bahu-membahu dengan para pemadam di Banjarmasin untuk memadamkan api. Banjarmasin memang kota dengan intensitas kebakaran yang sering. 

Guru Zuhdi memang memiliki darah keturunan ulama. Sang kakek, KH Asli adalah tokoh ulama di Alabio, Hulu Sungai Utara. Tak hanya itu, sang ayah, KH Muhammad, adalah mantan pemimpin pesantren Al-Falah Banjarbaru.

Guru Zuhdi hanya sempat mengenyam pendidikan formal di tingkat SD. Selebihnya dia belajar ilmu agama. Dia sempat belajar agama di Pesantren Al Falah. Kemudian belajar ke sang kakek di Alabio. Selama setahun almarhum belajar ilmu fikih, tajwid, tashrif, tauhid hingga tasawuf. 

Setelah itu, Sang Guru juga menimba ilmu kepada Tuan Guru Abdus Syukur, Teluk Tiram Banjarmasin. Abdus Syukur adalah ulama yang pernah mengecap pendidikan agama di Tanah Haram kurang lebih 25 tahun. Selama di sana, beliau menuntut ilmu kepada banyak ulama. Salah satunya Sayyid Muhammad Amin Al Qutbi, salah satu guru dari Syekh Muhammad Syarwani Abdan Bangil dan Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul.

Dengan Syekh Abdus Syukur, Guru Zuhdi cukup lama belajar agama. Bahkan hingga sang guru wafat. Setelah itu almarhum melanjutkan belajar agama kembali dengan Guru Sekumpul Martapura.

Pengaruh Guru Sekumpul sangat kuat di jiwa Guru Zuhdi. Terlihat dari gaya penyampain saat berdakwah, hingga gaya pakaian seperti memakai sorban putih yang sering dipakai Guru Sekumpul.

Guru Zuhdi memulai pengajian di rumah pribadinya di belakang Masjid Jami Banjarmasin sekitar tahun 2005 silam. Kala itu, pengajian hanya diikuti puluhan jemaah. Namun, kharisma dan gaya dakwah almarhum membuat jemaah terus bertambah.

Seiring berjalan, almarhum memulai pengajian di luar rumah yang pertama kali. Yakni di rumah salah satu keluarganya di Jalan Sulawesi Banjarmasin. Lantaran jemaah terus bertambah, pengajian dipindah ke Masjid Al Aman, Pasar Lama. 

Cara berceramah yang kaya dengan cerita jenaka serta petuah yang damai membuat banyak jemaah terpukau. Hingga sebelum wafatnya, pengajian Guru Zuhdi di Masjid Jami Banjarmasin selalu didatangi ribuan jemaah. Selain itu, pengajian rutin juga digelar di kediamannya dan di Langgar Darul Iman Teluk Dalam serta Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

Guru Zuhdi sempat menon-aktifkan semua pengajiannya setelah Kalsel mulai berstatus darurat karena pandemi Covid-19. Sejak itu, jemaah mulai jarang mendengar kabar tentang Sang Guru.

Sepekan sebelum meninggal, kabar Guru Zuhdi sedang sakit beredar dari kalangan pengikutnya. Tetapi, tak banyak yang tahu. Sebelum kemudian berita duka datang di pagi hari Sabtu (2/5) itu. Guru Zuhdi meninggal setelah dididiagnosa mengalami kanker paru.

“Seluruh warga di Banua kehilangan pembimbing umat yang selama ini menjadi pelita di tengah kehidupan masyarakat,” ucap Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor.

Dia juga menyampaikan belasungkawa mendalam atas kepergian Guru Zuhdi sekaligus mendoakan almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. “Jasa almarhum dalam melaksanakan dakwah serta syiar Islam patut menjadi teladan bagi kita semua,” ucapnya.(ris/mof/lan/ran/ema)

Halaman:

Tags

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB