kalimantan-selatan

Daring Garing

Kamis, 18 Juni 2020 | 11:42 WIB

Mendengar kebijakan tersebut, siswa-siswi yang sudah rindu berat dengan sekolah (ini langka lho) mengerang.

Tapi kakak mereka tak cukup mengerang, mahasiswa mengamuk. Mereka marah karena biaya kuliah yang mahal cuma diganjar PowerPoint oleh para dosen. Mereka juga muak dengan serial webinar yang ditawarkan para aktivis.

Duit jajan yang semestinya bisa ditabung untuk Vans Old Skool, malah tersedot untuk bergiga-giga sambungan video.

Banyak cerita lucu. Salah satunya, seorang mahasiswi yang tak sengaja membuat dosennya merajuk. Menurutnya, kuliah daring rentan memicu salah paham. Apalagi jika sambungannya tersendat-sendat.

Dia lalu mengutarakan niat bertandang ke rumah dosen untuk meminta maaf secara langsung. Tapi dilarang keras karena bakal melanggar protokol.

Puncaknya, muncul tuntutan agar rektor mendiskon UKT (zaman saya masih SPP). Toh, selama peliburan, kampus menghemat tagihan listrik dan pemakaian kertas. Tak ada alasan logis untuk menolak pemotongan UKT.

Dicueki, dengan gagah mahasiswa mengutip puisi Wiji Thukul, "Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, kritik dilarang tanpa alasan, maka hanya ada satu kata: lawan!"

Lalu saya tertegun. Membaca tautan di grup WhatsApp alumni, berisi seruan untuk menggelar unjuk rasa virtual. Demo via Zoom. Serius bosku?

Sebaiknya urungkan. Karena mahasiswa bakal menjadi bahan tertawaan demonstran New York dan Hong Kong. Mereka yang melawan rasisme dan menuntut demokrasi. Di mata Black Lives Matter dan Umbrella Movement, demo daring UKT hanya cocok menjadi meme.

Kesimpulannya, wabah ini mempercepat migrasi ke era digital. Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan presiden mendapat momentum.

Jika koran ingin menyintas, silakan menjadi media daring. Jika guru dan dosen tak ingin kehilangan pekerjaan, ayo bikin paket belajar daring yang menyenangkan.

Jika pengusaha khawatir bangkrut, segera gunakan lapak-lapak maya. Jika pemerintah serius mereformasi birokrasinya, luncurkan sebanyak mungkin aplikasi layanan publik.

Namun, kekagetan Nadiem adalah peringatan. Jika infrastukturnya belum siap, maka semua yang daring akan menjadi garing. Revolusi 4.0 tinggal wacana, sama seperti nasib Revolusi Mental. (*/ema)

Halaman:

Tags

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB