Eksekusi di Bulan Puasa
Pasukan Pemerintah Hindia Belanda menyiapkan proses eksekusi serta peralatan yang diperlukan. Kematian Demang Lehman di tiang gantungan di Martapura diharapkan akan mengangkat citra Pemerintah Hindia Belanda, khususnya kebijakan dan tindakan tegas oleh Kolonel Happe.
Menjelang eksekusi, Meyners mencatat bahwa meskipun tampak kurang bergairah dan mengenakan pakaian compang-camping, Demang Lehman tetap menunjukkan sikap dan ketegasan yang mengesankan Ia sangat tenang dan pasrah. Sebelum meninggal, ia hanya memiliki satu permintaan, yaitu agar jenazahnya diurus oleh istrinya. Selama menunggu eksekusi, Demang Lehman berpuasa dengan ketat sesuai ketentuan Al-Qur’an, karena saat itu bulan puasa. Pada saat berbuka puasa, ia hanya makan roti biasa atau roti beras.
Setelah meninggal, jenazahnya dimakamkan tanpa disalatkan terlebih dahulu. Kemudian dimakamkan setelah dibawa dari Rumah Sakit di Martapura.
Penelusuran di Lokasi Penangkapan
Rakit tak bertuan terparkir di tepi sungai Desa Sela Selilau, Kecamatan Karang Bintang, Tanah Bumbu, Kamis (4/7/2024) siang. Tidak ada aktivitas kecuali riak kecil di permukaan air. Rumput liar tumbuh bersisian dengan pepohonan yang membingkai sepanjang sungai.
Sungai di Desa Sela Selilau adalah bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batulicin. Sungai ini menyuplai kebutuhan air bagi warga Kecamatan Mantewe, Karang Bintang, Batulicin, dan Simpang Empat. Dari pegunungan Meratus, aliran sungai terus mengalir hingga ke muara Batulicin.
Sungai ini memiliki sejarah panjang bagi masyarakat sekitar. Melewati sungai Desa Sela Selilau ini pula Demang Lehman dibawa oleh Pemerintah Hindia Belanda sebelum disidang oleh Dewan Militer.
Radar Banjarmasin mencoba menelusuri lokasi yang diidentifikasi sebagai tempat penangkapan Demang Lehman di Batoepangkat, Sela Selilau oleh masyarakat setempat.
Lokasinya berada di pinggir sungai. Akses ke sana rupanya cukup sulit. Selain tidak ada perahu hari itu, tidak ada permukiman di sekitar lokasi. “Kalau musim kemarau, kita bisa ke sana pakai perahu. Sekarang (musim hujan) batu-batunya juga tidak terlihat,” ujar Mastur, tokoh masyarakat setempat.
Ia menyebutkan ada beberapa bebatuan di sepanjang sungai. Seperti di Batoepangkat dan Batulicin. Ketika air surut, perahu sulit melewati sungai karena terhalang oleh bebatuan tersebut. “Jarak (bebatuan sungai) Batoepangkat dan Batulicin sekitar 200 meter, dekat saja,” katanya.
Menyisakan Banyak Rumor
Keberadaan Demang Lehman memang cukup fenomenal. Catatan sejarah sejak awal sepak terjangnya dalam Perang Banjar (1859-1863) hingga kematiannya selalu menarik untuk diketahui hingga sekarang. Banyak misteri yang disembunyikan. Fakta yang belum terungkap, serta rahasia yang mungkin sengaja disimpan. Serpihan peristiwa perjalanan hidupnya hingga kematiannya di tiang gantungan menyisakan banyak rumor.
Demang Lehman yang bernama asli Idies, sewaktu ditangkap masih berusia muda, 32 tahun. Ia salah satu panglima terpenting dalam Perang Banjar. Dalam sumber kolonial dituliskan bahwa Demang Lehman ditangkap di wilayah Gunung Batu Punggul dekat Selelau, di Batulicin.
Dosen Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur mengatakan bahwa jika diidentifikasi sekarang, kemungkinan lokasi ini ada di wilayah Batu Pangkat, Desa Sela Selilau, Kecamatan Karang Bintang, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan catatan dari H.G.J.L. Meyners dalam Bijdragen tot de Geschiedenis van het Bandjermasinsche Rijk, Mansyur menyebutkan bahwa dari sudut pandang penjajah kolonial, Demang Lehman didakwa telah bersumpah palsu dan memerintahkan pembunuhan warga negara yang dilindungi pemerintah.