• Minggu, 21 Desember 2025

Tantangan Calistung di Sekolah Rakyat Kotim: Puluhan Siswa SD dan SMA Belum Bisa Baca Tulis

Photo Author
- Rabu, 22 Oktober 2025 | 13:30 WIB
Salah seorang guru Sekolah Rakyat Kotim saat mengajari siswanya. (Ist)
Salah seorang guru Sekolah Rakyat Kotim saat mengajari siswanya. (Ist)

 

SAMPIT– Sekolah Rakyat Kotawaringin Timur (Kotim) menghadapi tantangan besar dalam upaya pemerataan pendidikan. Dari total 100 siswa yang menempuh pendidikan di sekolah gratis berasrama ini, puluhan di antaranya, termasuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), masih belum menguasai kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung (calistung).

Kepala Sekolah Rakyat Kotim, Nikkon Bhastari, mengungkapkan bahwa pihaknya mendapati sedikitnya 30 siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) dan tiga siswa tingkat SMA yang teridentifikasi belum memiliki penguasaan dasar calistung.

“Kondisi ini tentu jadi perhatian serius kami. Karena itu, sekolah menambah jam belajar khusus di luar jadwal pelajaran reguler,” ujar Nikkon, Selasa (21/10/2025).

Untuk mengatasi ketertinggalan ini, pihak sekolah menerapkan pendekatan mandiri dengan melibatkan wali asrama sebagai pendamping. Mereka memberikan pembelajaran tambahan secara intensif pada malam hari. Langkah ini diambil untuk memastikan anak-anak yang tertinggal dapat segera mengejar ketertinggalan tanpa merasa terisolasi.

“Kami tidak ingin mereka merasa berbeda. Semua anak punya kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang,” tambah Nikkon.

Sekolah Rakyat Kotim menerapkan kurikulum nasional yang diperkaya dengan sistem multi entry multi exit. Sistem ini memungkinkan siswa dengan kemampuan lebih untuk mengikuti pembelajaran tambahan sesuai potensi yang mereka miliki.

Saat ini, Sekolah Rakyat Kotim melayani 100 siswa, yang terbagi menjadi 50 siswa SD dan 50 siswa SMA.

Selain fokus meningkatkan kemampuan akademik, pihak sekolah juga sangat menekankan pendidikan karakter. Menurut Nikkon, pembentukan sikap dan perilaku positif merupakan prioritas utama sebelum siswa diperkenalkan pada pelajaran umum.

“Kalau karakter mereka sudah terbentuk, semangat belajar dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri juga ikut tumbuh,” jelasnya.

Nikkon menegaskan bahwa Sekolah Rakyat Kotim hadir untuk memberikan kesempatan pendidikan yang terbuka bagi anak-anak dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang sebelumnya belum pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali.

“Pendidikan di sini terbuka untuk semua. Tidak kami lihat dari kemampuan awalnya, tapi dari kemauan mereka untuk belajar,” tegasnya. Dengan pendekatan yang sabar dan personal, Sekolah Rakyat Kotim optimistis seluruh siswanya mampu mengejar ketertinggalan dan memiliki dasar akademik yang kuat di masa depan. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X