KATINGAN – Sebanyak tujuh individu orang utan kembali menghirup udara kebebasan setelah dilepasliarkan di hutan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, pada Jumat (7/11/2025). Pelepasliaran ini bertepatan dengan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN), menjadikannya momen simbolis dari tanggung jawab manusia terhadap konservasi satwa liar.
Aktivitas ini merupakan hasil kolaborasi Yayasan BOS, Balai KSDA Kalimantan Tengah, Balai TNBBBR, dan mitra konservasi lainnya. Tujuh orang utan yang dilepasliarkan terdiri dari Kapuan (betina, 26 tahun), Berunay (23), Putri (18), Momot (12), Wibowo (12), Ficz (18), dan Otan (12).
Kapuan, Orang Utan Repatriasi yang Menanti Dua Dekade
Kapuan, orang utan betina berusia 26 tahun, menjadi sorotan utama dalam pelepasliaran kali ini. Ia adalah orang utan hasil repatriasi dari Thailand yang telah menjalani masa rehabilitasi selama 19 tahun. Keberhasilannya kembali ke alam liar menjadi kisah haru dan simbol ketahanan.
Ketua Pengurus Yayasan BOS, Jamartin Sihite, menyampaikan rasa syukurnya. “Kapuan akhirnya kembali ke alam liar setelah menanti hampir dua dekade. Ia menjadi orang utan repatriasi ke-14 yang kembali memperoleh kebebasannya,” ujar Jamartin.
Jamartin menambahkan bahwa proses repatriasi memerlukan waktu panjang, komitmen, kerja lintas negara, dan biaya besar. Keberhasilan Kapuan menjadi bukti nyata bahwa setiap kehidupan layak mendapat kesempatan kedua.
Konservasi sebagai Bagian dari Budaya Bangsa
Sejak tahun 2012, Yayasan BOS telah berhasil melepasliarkan total 556 orang utan ke alam liar di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Pelepasliaran kali ini merupakan yang ke-46 bersama Balai KSDA Kalimantan Tengah.
Kepala BKSDA Kalimantan Tengah, Andi Muhammad Kadhafi, menekankan pentingnya sinergi dalam upaya konservasi. "Dukungan berbagai pihak, salah satunya dari Yayasan BOS, menjadi bagian penting agar kegiatan seperti ini dapat berjalan dengan baik. Cinta terhadap satwa harus menjadi bagian dari budaya bangsa,” katanya.
Senada, Kepala Balai TNBBBR, Persada Agussetia Sitepu, menegaskan komitmennya untuk menjaga TNBBBR sebagai rumah besar yang lestari bagi satwa liar.
“Kolaborasi antar-lembaga dan masyarakat adalah kunci untuk memastikan rumah ini tetap aman bagi semua penghuninya. Kami berharap kerja sama ini terus terjaga demi kelestarian hutan dan satwa liar di dalamnya,” tutupnya. Momen pelepasliaran ini juga bertepatan dengan Hari Pahlawan, mengingatkan bahwa kepahlawanan masa kini juga berarti menjaga bumi dan isinya. (*)