SAMPIT – Setelah jasad Muhran, warga Desa Satiruk, ditemukan dalam kondisi mengenaskan akibat serangan buaya muara, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit menduga pelaku serangan adalah buaya berukuran sangat besar, yang diperkirakan lebih dari tiga meter.
Dugaan buaya berukuran raksasa ini semakin kuat berdasarkan kesaksian warga yang menyebut korban sempat berteriak minta tolong sebelum menghilang dalam hitungan detik. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa tenaga buaya pelaku serangan sangat besar, membuat korban tidak mampu memberikan perlawanan.
Kepala BKSDA Resort Sampit, Muriansyah, mengonfirmasi bahwa Sungai Rangkang memang merupakan habitat utama buaya muara. Ukuran satwa di sungai tersebut bervariasi, bahkan ada laporan dari mitra BKSDA yang pernah melihat buaya sepanjang lima meter.
Baca Juga: Buaya Muara Raksasa Gegerkan Warga Sampit, BKSDA Minta Waspada Tinggi
"Bahkan ada kawan dari RMU (PT Rimba Makmur Utama) yang pernah melihat buaya sepanjang lima meter di sungai itu,” ujar Muriansyah, Selasa (25/11/2025).
Menurut laporan yang diterima BKSDA, sehari setelah kejadian tragis tersebut, buaya yang diduga menyerang Muhran masih terlihat berada di sekitar lokasi penemuan jasad.
"Katanya besarnya seperti drum. Tapi ini belum kami konfirmasi kebenarannya,” tambah Muriansyah.
Muriansyah menjelaskan bahwa secara sifat, buaya muara biasanya tidak pergi jauh setelah menyerang mangsanya. Dalam beberapa kasus, buaya cenderung membawa korban ke daratan dan menindihnya sebagai bagian dari perilaku makan.
Berdasarkan perilaku ini, BKSDA meyakini buaya pelaku serangan masih berada di sekitar lokasi saat jasad korban ditemukan, dan diperkirakan hewan itu kemungkinan besar akan kembali ke lokasi kejadian untuk memakan sisa tubuh korbannya.
Pencarian Intensif dan Peringatan Keamanan
Jasad Muhran, yang diterkam saat mencari udang ebi di Sungai Rangkang, ditemukan pada Senin siang (24/11/2025) setelah tiga hari pencarian intensif. Korban ditemukan di Sungai Tatah Bamban, masih dalam aliran Sungai Rangkang.
Tim gabungan pencarian, yang terdiri dari RIB SAR Sampit, perahu karet BPBD, serta unit Ditpolairud dan Pos AL, menyisir aliran sungai yang memang dikenal sebagai habitat buaya.
Muriansyah bersyukur selama proses pencarian tidak ada petugas maupun warga yang turun langsung ke air. Ia menegaskan, buaya memiliki sifat menjaga teritorialnya dan akan kembali ke lokasi tersebut. Tindakan berenang atau turun ke air dapat memicu potensi korban tambahan. (*)