• Senin, 22 Desember 2025

KENAPA...?? Retail di Bandara SAMS Waswas

Photo Author
- Rabu, 30 Januari 2019 | 07:02 WIB

BALIKPAPAN – Satu per satu sektor usaha yang bersentuhan dengan kegiatan penerbangan di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan mulai merasakan dampak naiknya tarif tiket pesawat. Terlebih setelah diberlakukannya bagasi berbayar oleh maskapai Lion Air Group. Sektor yang terdampak di antaranya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Eva, karyawan Balikpapan Premio mengaku sudah dua pekan terakhir lapak tempatnya berjualan kue minim pembeli. Akibatnya, omzet yang didapat nyaris terjun bebas. “Selama sepekan terakhir sepi banget. Sampai siang biasanya bisa terjual 30 kotak. Tapi sekarang (kemarin, Red) baru laku tiga kotak,” ungkapnya kepada Kaltim Post, Selasa (29/1).

Pada hari-hari biasa, Eva menuturkan, seharusnya ia dan temannya dapat menjual sampai 50 kotak kue Premio. Terutama pada akhir pekan. Sementara pada waktu-waktu tertentu, kue Premio bahkan dapat terjual sampai 100 kotak. Namun, kini ia lebih banyak duduk menunggu daripada harus melayani pembeli. “Karena bagasi sudah berbayar, orang-orang jadi berpikir lagi untuk membawa oleh-oleh,” ujar perempuan berhijab ini.

Dia menambahkan, pada momen akhir tahun lalu, penumpang ada yang membeli sampai 12 kotak kue Premio. Namun, kini satu penumpang hanya membeli satu atau dua kotak saja untuk dimakan saat menunggu di bandara atau saat berada di pesawat. “Sekarang sepi banget,” ujarnya.

Senada, Tomy (22) penjual Rotiboy menuturkan, usaha tempat ia bekerja juga mengalami penurunan penjualan. Dari segi omzet misalnya, dalam beberapa pekan terakhir turun hingga 20 persen. Ia menduga, banyak penumpang yang sebelumnya menggunakan jasa penerbangan di Sepinggan Balikpapan, kini telah beralih ke Bandara APT Pranoto Samarinda.

Pasalnya, Tomy merasakan ada penurunan jumlah penumpang yang terbang di Bandara Sepinggan Balikpapan. “Tapi bisa juga karena dampak harga tiket yang naik dan diberlakukannya bagasi berbayar,” ujar dia.

Sebelumnya, omzet yang didapatkan Rotiboy dalam sehari dapat mencapai sekitar Rp 10 juta. Namun dalam beberapa pekan terakhir terus mengalami penurunan. “Sekarang turun. Sehari jadi sekitar Rp 7-8 juta,” sebutnya.

Kondisi serupa juga dialami penjual Kalimantan Living. Menurut beberapa petugas yang berjaga di tempat itu, pengunjung yang mengunjungi berkurang. Terutama setelah kebijakan tarif tiket pesawat dinaikkan dan bagasi berbayar diberlakukan. “Sekarang sepi pembeli. Bisa lihat sendiri, nggak ada yang datang membeli,” ujar salah seorang penjaga di Kalimantan Living yang enggan disebutkan namanya.

Di Bandara Sepinggan Balikpapan, gerai yang menyediakan buah tangan khas Kalimantan ini membuka dua toko. Satu berada di luar ruang check in pesawat dan satu lagi berada di ruang tunggu keberangkatan. Kondisi di kedua tempat itu juga tidak berbeda jauh. Sama-sama sepi pembeli.

“Sejak harga tiket naik dan bagasi berbayar, turun drastis penjualan kami. Begitu juga saat Bandara APT Pranoto di Samarinda mulai dibuka dan beroperasi,” tutur perempuan berjibab tersebut.

Menurut dia, sebelumnya, dalam sehari jumlah pembeli bisa sampai 50 orang. Dengan waktu jualan antara pukul 09.00 Wita sampai pukul 21.00 Wita. Tetapi sekarang, dengan jam kerja yang sama, pembeli turun hingga 50 persen. “Semua, biarpun kafe juga sudah mulai mengeluh karena omzet mereka mengalami penurunan,” imbuhnya.

Selain itu, sekarang banyak penumpang yang berpikir dua kali membeli buah tangan. Sebab, jauh lebih mahal biaya bagasi daripada oleh-oleh yang harus mereka bawa. “Kalau dimasukkan ke bagasi, pasti pikir lagi penumpangnya. Ya, lebih mahal bagasi daripada oleh-olehnya,” terangnya.

Beberapa di antara pelanggan yang biasa membeli buah tangan di Kalimantan Living, sekarang hampir semuanya telah mengurungkan niat membeli oleh-oleh. “Mereka biasanya belanja banyak. Sekarang hanya lewat saja,” sambungnya.

Penanggung jawab Gloria Jeans Coffees, Sandi (33), juga merasa cukup terdampak dari naiknya tarif tiket pesawat maupun diberlakukannya bagasi berbayar. Menurutnya, kini penjualannya turun lebih dari 50 persen. “Sangat besar. Orang mungkin sudah keberatan sama harga tiket, jadi nggak ada pilihan lagi berkunjung ke kami,” kata dia.

Apalagi dengan turunnya jumlah penumpang lantaran memilih terbang di Bandara Sepinggan, diakui Sandi, juga semakin mempersulit pihaknya menggaet penumpang untuk makan atau duduk kopi di gerainya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X