Bahkan, AGM mengaku pernah menggunakan uang pribadi menyewa helikopter untuk memantau pembangunan jembatan. “Jembatan Pulau Balang sudah mulai menyambung dari PPU. Tetapi, tidak ada kegiatan sama sekali di Balikpapan (akses pendekat). Saya sesekali menyewa helikopter melihat sendiri,” bebernya.
Dia khawatir Jembatan Pulau Balang jadi Jembatan Abunawas jika di sisi Balikpapan tak diseriusi pemerintah setempat atau pemprov. Gafur menginginkan jembatan lekas berfungsi. Sehingga bisa meningkatkan perekonomian daerah agar arus barang seperti hasil pertanian dan perkebunan bisa dipasarkan.
Sedangkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang dan Perumahan Rakyat (PUTRPR) Kaltim M Taufik mengatakan, pembangunan Jembatan Pulau Balang menjadi salah satu proyek strategis nasional. Proyek itu diharapkan mampu meningkatkan konektivitas jalan lintas selatan Kalimantan yang menjadi jalur utama angkutan logistik di Pulau Borneo.
Saat ini, kendaraan dari Balikpapan menuju PPU dan ke Banjarmasin di Kalimantan Selatan serta kota lain harus memutar lewat Sepaku, PPU dengan jarak sekitar 100 kilometer dengan waktu tempuh hingga 5 jam.
Alternatif lain adalah menggunakan kapal feri dengan waktu penyeberangan sekitar 1,5 jam. Belum ditambah waktu antre menuju kapal feri. Waktu antre akan bertambah lama bila bertepatan dengan hari libur. Sehingga mengakibatkan waktu tempuh dan biaya angkut kendaraan tidak efisien.
Dengan dibangunnya jembatan tersebut, waktu tempuh dari Balikpapan menuju PPU akan menjadi singkat. Selain sebagai penghubung jaringan jalan poros selatan Kalimantan, jembatan itu mendukung mobilitas di Pelabuhan Peti Kemas Kariangau dan Kawasan Industri Kariangau di Balikpapan. Setidaknya juga, keberadaan Jembatan Pulau Balang bisa menjadi pelepas “dahaga” karena menunggu lama Jembatan Teluk Balikpapan yang tak kunjung dibangun. (rdh/*/drh/rom/k15)