Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta tinggal menunggu waktu. Kaltim dinilai jadi kandidat terkuat. Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun menilai Benua Etam lebih layak.
SAMARINDA–Rencana pemindahan ibu kota negara ke luar Pulau Jawa terus disuarakan. Kaltim jadi salah satu darah yang dipilih selain Kalteng. Basuki Tjahaja Purnama menilai, Benua Etam punya banyak keunggulan ketimbang provinsi tetangga tersebut.
Sabtu (13/7), pria yang kini lebih akrab disapa BTP itu bertandang ke Samarinda untuk menghadiri sebuah dialog kedaerahan. Dimintai tanggapannya soal pemindahan ibu kota, dia sangat mendukung. Dia menilai, ibu kota negara sudah selayaknya dipindah dari Jakarta.
Mantan wakil gubernur Jakarta itu menyebut, Kaltim lebih layak menjadi ibu kota Indonesia. Kenapa Kaltim, lanjut dia, harapan sebuah ibu kota harus ada pelabuhan laut dan memiliki tempat wisata. “Tidak mungkin membangun ibu kota tanpa ekonomi yang memadai. Contohnya membangun mal dan apartemen, siapa yang belanja kalau rakyat tidak punya uang. Jadi kalau ekonominya kuat, daya belinya juga akan meningkat,” ujarnya.
Di Benua Etam, ujar dia, sudah memiliki dua bandara berkelas internasional. Yakni, Bandara APT Pranoto di Samarinda dan Bandara Sepinggan Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan. Di Kota Minyak juga telah memiliki Pelabuhan Semayang dan Pelabuhan Peti Kemas Kariangau. “Ini unggulnya ketimbang Kalteng,” beber pria yang banyak mengenalnya dengan nama Ahok itu.
Selain itu, tambah dia, sektor pariwisata di provinsi ini cukup menjanjikan, tinggal dipoles atau mendapat perhatian dari pemerintah daerah (pemda). Salah satu yang sudah dilihatnya adalah kawasan wisata budaya di Kelurahan Budaya Pampang, Samarinda Utara. “Melihat Pampang, saya jadi teringat salah satu kawasan di Selandia Baru. Di sana juga masih mempertahankan suku asli di tengah zaman yang semakin modern,” bebernya.
BTP menuturkan, setelah melihat lokasi wisata Pampang, dia mengusulkan kenapa pemda tidak menempatkan warga suku Dayak ke kawasan hutan lindung? “Hutan lindung tempatnya bagus dan dilarang mendirikan bangunan. Jadi, warga suku Dayak akan lebih lestari di sana kemudian dijadikan salah satu taman nasional. Ini tentu akan menjadi lokasi wisata budaya yang lebih menarik. Turis asing akan berdatangan,” bebernya.
Pria yang pernah terjerat kasus penistaan agama itu menilai menempatkan warga suku Dayak ke taman hutan nasional lebih baik, ketimbang hutan tersebut dirambah tambang. Atau dijadikan perkebunan. Di Kaltim ada Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto, Samboja, Kutai Kartanegara.
Dia mencontohkan suku Aborigin di Australia yang berhasil memenangkan tanah adat mereka di pengadilan. “Sekarang tanah itu menjadi taman nasional. Siapa pun masuk ke sana membayar uang masuk. Sehingga menjadi penghasilan bagi warga setempat,” bebernya.
Menurut dia, selain hutan lindung, tanah adat bisa dijadikan taman hutan nasional. “Ini perlu perhatian dari pemerintah daerah. Kalau terealisasi, ke depannya menjadi daya tarik sebagai ibu kota negara,” jelasnya.
Sementara itu, anggota DPRD Kaltim Syafruddin setuju dengan gagasan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Apa yang disampaikan BTP dianggapnya masukan yang sangat bernilai.
“Tinggal pemerintah mau atau tidak? Kalau dicermati dari visi dan misi dan Pak Gubernur Kaltim (Isran Noor) yang ingin Kaltim berdaulat. Saya rasa bisa diwujudkan. Kan mau berdaulat di semua sektor, nah berdaulat dalam sektor pendapatan. Sudah terlalu lama Kaltim bergelut di sektor bagi hasil,” jelas dia.
Dia tidak menampik, penting untuk dipikirkan pendapatan di sektor lain yang tidak merusak alam dan lingkungan. Hasilnya maksimal untuk Kaltim. Ya, pariwisata dianggapnya berpotensi besar jika dikembangkan. “Kaltim potensinya bagus. Gagasan membangun kampung adat di kawasan hutan lindung juga sangat bagus. Tapi, bagaimana hasil koordinasi dengan Kemen-LHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan),” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Udin itu menilai, infrastruktur di Kaltim sangat memadai. Apalagi Kaltim selain memiliki Bandara Sepinggan dan Bandara APT Pranoto, juga punya Bandara Kalimarau di Berau. “Ini sangat menopang aktivitas ibu kota,” kata dia.