Exoskeleton memang belum bisa dibawa pulang. Masih butuh waktu beberapa tahun lagi untuk mengembangkannya. Bahkan, untuk pemakaian di laboratorium saja, alat itu harus dikaitkan ke langit-langit. Para peneliti ingin meminimalkan risiko. Mereka khawatir Thibault terjatuh. Apalagi, alat tersebut berat. Yakni, 65 kilogram.
Meski begitu, para peneliti menegaskan bahwa exoskeleton punya potensi untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian pasien yang lumpuh. Cedera sumsum tulang belakang dari leher mengakibatkan 20 persen pasien mengalami kelumpuhan pada kaki dan tangan. Tapi, otak pasien masih berfungsi normal. Karena itulah, exoskeleton memberikan harapan baru.
Para peneliti ingin mengembangkan lagi alat tersebut hingga bisa menggerakkan jari-jari. Dengan begitu, Thibault bisa memegang barang-barang. ”Ini bukan tentang mengubah manusia menjadi mesin, tapi respons atas masalah medis,” tegas Alim-Louis Benabid, profesor emeritus di University of Grenoble yang memimpin penelitian itu. (*/c11/dos)