• Senin, 22 Desember 2025

Kotak Kosong

Photo Author
- Rabu, 22 Juli 2020 | 13:06 WIB

Catatan: Faroq Zamzami

(Pemred Kaltim Post)

 

 SAYA mencium aroma ini; sejumlah partai politik di Balikpapan "enggan berkompetisi" pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 9 Desember nanti. Mereka terkesan cari aman. Mendukung calon incumbet. Bisa jadi, versi mereka, pilihan itu karena belum ada sosok yang dinilai mampu bersaing melawan incumbent. Atau mereka ingin instan. Memilih yang sudah ada.  Itu artinya, partai politik yang ada tak mampu menghadirkan figur alternatif. Padahal Balikpapan rasa-rasanya tak kekurangan tokoh yang layak untuk maju dalam suksesi demokrasi. Tak hanya dari internal partai. Seperti Ahmad Basyir yang sejak namanya "diizinkan" maju oleh NasDem, gencar melakukan sosialisasi, memperkenalkan diri. Lewat kunjungan, hadir di media massa, sampai baliho dan billboard. Dia juga hadir dalam berbagai kegiatan sosial, membantu warga kurang mampu sampai merilis ambulans yang ada foto AHB di bodinya. Namanya pun semakin dikenal warga.

 Atau sosok di luar partai politik, dari kalangan pengusaha, macam Yaser Arafat yang sampai saat ini tetap melakukan sosialisasi mendatangi warga. Bikin acara yang melibatkan masa dengan timnya yang banyak anak-anak muda. Juga ada nama Abriantinus yang terus menyosialisasikan diri. Jadi kota ini tak kekurangan tokoh mumpuni sebenarnya. Itu baru dari kalangan "muda". Belum lagi tokoh-tokoh senior, yang kalau mereka mau turun gunung, tak kurang-kurang jumlahnya di kota ini.

 Ya, cari aman dengan pragmatisme memang sangat beririsan. Cari aman dan realistis memang susah dipisahkan. Pragmatisme, cari aman, atau realistis, apa itu salah, tentu tidak. Sama sekali tidak salah. Tapi kehidupan demokrasi di kota ini terancam, karena peluang besar publik jadi semakin acuh. Angka golongan putih (golput) berpotensi meninggi. Ingat ini bukan asumsi. Ada bukti nyata dari pilkada Makassar, Sulawesi Selatan, yang memenangkan kotak kosong. Kotak kosong pada pilkada tahun lalu itu menang dengan 53 persen suara. Artinya, suksesi harus diulang.   

 Lima tahun lalu, sejak Pak Rizal Effendi dan Pak Rahmad Mas'ud (RM) naik sebagai kepala daerah di Kota Minyak ini, mestinya jadi momen juga untuk tiap partai politik mulai mempersiapkan kader-kader mereka, siapa yang potensial untuk maju kelak pada pesta demokrasi rutin. Tak mungkin petinggi partai politik tak memikirkan itu. Buktinya, sejak jauh-jauh hari Golkar sudah punya RM untuk calon pemimpin Balikpapan selanjutnya.

 Tahapan pilkada Balikpapan kali ini menghadirkan fakta baru. Partai politik yang ada tak mampu menyorong kader-kader mereka yang potensial untuk kota ini. Itu artinya apa, bisa jadi kaderisasi dalam internal partai tak berjalan dengan baik. Itu artinya apa, mereka kurang percaya diri dengan sosok yang dimiliki. Itu artinya apa, peluang apatis publik sangat besar dengan pilihan yang tak variatif. Ini yang saya bilang di atas, peluang golput meninggi.

Pilkada Balikpapan sangat potensial akan memuncul calon tunggal. Yakni, Rahmad Mas'ud dan pasangannya. Saya belum sandingkan nama-nama tokoh yang santer disebutkan bakal mendampingi RM, karena, seperti beliau katakan, pasangan yang pasti mendampingi ketika sudah mendaftar di KPU. Ya, ada satu nama yang nyaring disebut-sebut mendampingi RM. Thohari Azis. Nama ini direkomendasikan berpasangan dengan RM dari dua partai. Golkar dan PDI-P. Ditambah dari keterangan Pak Rudi Mas'ud, ketua DPD Golkar Kaltim yang juga adik dari RM, keluarga mereka lebih condong ke Thohari.

 Jika inilah pasangan itu, dan partai pendukung mereka konsisten dengan pilihan, maka bakal calon ini berpeluang akan berkompetisi dengan kotak kosong. Saya berharap itu tidak terjadi. Tapi apa mau dikata, semakin ke sini arahnya menuju ke situ. Lihat saja pergerakan partai politik di kota ini. Baru-baru ini Partai Hanura juga menyatakan dukungan kepada Pak Rahmad Mas'ud. Padahal bulan lalu, Hanura berada dalam gerbong bakal calon Ahmad Basyir (AHB). Bersama empat partai lainnya. Yakni, PPP, PKB, Perindo, dan NasDem.

 Mayoritas partai besar sudah menyatakan dukungan kepada RM. Yakni, Golkar dengan 11 Kursi, PDI-P delapan kursi, PKS dengan enam kursi, dan Demokrat ada empat kursi. Dua puluh sembilan kursi sudah di tangan RM. Dukungannya yang melimpah. Melampaui syarat mencalonkan diri, yakni sembilan kursi. Teranyar, ditambah Hanura yang memiliki dua kursi di legislatif, total 31 kursi. Lebih setengah jumlah anggota dewan yang ada 45 orang.

 Sementara AHB kini tinggal punya delapan kursi. Jika merujuk empat partai yang sebelumnya menyatakan dukungan kepadanya tak ke mana-mana. Yakni, NasDem dan PPP dengan masing-masing tiga kursi dan PKB dan Perindo masing-masing satu kursi. Artinya AHB sekarang jadi minus satu kursi. Dengan formasi begini saja, peluang calon tunggal sudah sangat kentara. Harapan ada di Partai Gerindra. Dengan enam kursinya di DPRD Balikpapan. Gerindra harusnya bisa menjadi penyelamat demokrasi kota ini agar tak terjadi calon tunggal. Tapi saya mendengar, mudah-mudahan ini tidak benar, atau ini benar tapi mudah-mudahan bisa berubah, 'kan katanya politik dinamis, Gerindra juga akan mengusung RM. Namun partai ini punya satu syarat. Calon wakilnya bukan nama-nama tokoh yang santer dikaitkan dengan RM belakangan. Bisa jadi, ada tawar-menawar, Gerindra akan ke RM kalau wakilnya dari partai ini. Bahkan sebelum Gerindra mantap merapat, sudah santar terdengar tagline Ra-Sa. Rahmad Mas'ud-Sabaruddin Panrecalle. Sabaruddin adalah wakil ketua DPRD Balikpapan dari Gerindra.  Tapi sekali lagi, saya tak berharap itu terjadi. Kalau benar ada komunikasi politik begitu, mudah-mudahan bisa berubah, dan petinggi Gerindra melihat pada kepentingan publik dengan mengusung calon lain. Agar demokrasi di kota ini bisa berjalan ideal. Demokrasi yang berkompetisi antarpasangan calon. Bukan demokrasi yang berkompetisi dengan kotak kosong.

Gerindra kini malah jadi punya nilai tawar yang tinggi. Mereka jadi mampu mengusung calon wali kota. Misalnya kalau pasti Gerindra mengusung Sabaruddin, kadernya, dengan enam kursi, partai ini jelas punya posisi tawar yang kuat, jika misalnya merapat pada kubu AHB. Bisa jadi pasangan Sabaruddin-AHB. Tagline-nya nanti saja dipikirkan.

  Selain Gerindra, bisa jadi yang menjadi penyelamat demokrasi di kota ini adalah RM. Misalnya begini, ini misalnya, memang jarang-jarang ini, makanya saya sebut misalnya sampai dua kali, bahkan bisa dibilang langka, kubu RM sudah tidak menerima lowongan dukungan. Tujuannya agar ada kompetisi dua pasangan calon. Misalnya, ini misalnya lagi, Pak RM bilang begini, Gerindra, dan partai yang berada di kubu AHB, silakan usung calon kalian, mari kita berkompetisi dengan sehat. Wuih, ini keren. Asli. Tingkat kekaguman publik kepada RM bakal meningkat jika sampai itu terjadi. Dan demokrasi di kota ini tetap menggairahkan. Warga punya pilihan.  

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X