Saya pun melakukan penguatan, dengan mendemonstrasikan percobaan yang sama. Sambil menerangkan bahwa saat percobaan dilakukan, masih tertinggal zat, yakni bakteri yang memang tak kasatmata. Namun, secara kasatmata, ada perubahan warna dan material. Karena ini jugalah, bau masih menetap saat kotoran dari air lumpur tadi sudah tak terlihat.
Proses penyaringan ini memang digunakan untuk memisahkan zat padat dengan cairan. Hasilnya disebut dengan filtrate, sementara sisa saringan atau ampas disebut residu. Sama seperti proses menyaring jus jeruk, atau santan kelapa.
Khilwi, salah satu anak didik saya mengaku senang dengan metode ajar ini. Setelah mengetahui proses penyaringan sederhana, rasa ingin tahunya meningkat. Dia berharap dapat mempelajari proses filtrasi yang lebih canggih, sampai air yang mulanya kotor, lantas dapat dikonsumsi.
Siswa lain juga antusias dengan praktik jarak jauh. Sebab, ada ruang kebebasan dalam bereksperimen. Serta minim pengaruh dari teman sekelas. Namun, di sisi lain, mereka masih dapat bertatap muka. (pms/man/kri/k16)