”Mimpi kali, yeee,” canda Randy dengan bibir yang menekuk ke bawah lalu menyeringai. Umar hanya mendengus melihat tingkah sahabat karibnya itu.
***
Status yang ditunggu-tunggu pun tiba. Umar resmi lulus dari Universitas Mulawarman dan menyandang status alumnus. Dalam kurun waktu sekitar empat tahun lima bulan Umar menyelesaikan studinya di Universitas Mulawarman.
”Ran, aku pamit dulu ya. Kamu harus tetap semangat dan jangan putus asa. Segera selesaikan skripsimu. Jalan panjang telah menunggu untuk kau lalui,” ucap Umar di depan pintu indekos ketika akan pergi meninggalkan Randy.
”Iya, iya. Aku paham kok. Semoga kamu cepat dapat kerjaan. Kalo sukses jangan lupa sama aku ini ya. Hehe.”
”Pasti, Ran. Ya udah aku berangkat dulu, wassalamualaikum,” pamit Umar.
”Waalaikumsalam. Hati-hati ya!” balas Randy pada Umar yang telah melaju dengan sepeda motornya menuju kediamannya di Tenggarong.
Sekitar tiga bulan sejak wisuda akhirnya Umar mendapatkan pekerjaan yang sangat ia idamkan. Berbekal kemampuan berbahasa asing yang dimilikinya serta pengalaman organisasi di Unmul dan IPK yang bagus membuat Umar diterima di sebuah perusahaan di Paris, Perancis. Merantau ke negeri yang terkenal dengan keromantisannya itu memang sangat berat bagi Umar. Tapi, tak apalah, demi pengalaman hidup dan meraih kesuksesan ia rela merantau.
***
Udara siang di kota Paris begitu menyejukkan. Jalan masih terlihat basah. Kota ini memang pantas dijuluki kota romantis. Banyak sekali orang berjalan berpasangan menikmati keindahannya.
Umar melirik keluar jendela apartment-nya. Menara Eiffel nan megah yang menjulang tinggi itu seakan memanggil raganya untuk segera menyambanginya. “It’s time to refreshing!” ucap Umar dalam hati, lantas mengenakan jaket tebalnya lalu keluar dan berjalan kaki menuju menara Eiffel yang lumayan jauh.
Sebenarnya bisa saja Umar menggunakan transportasi umum untuk menuju ikon terkenal dunia itu, tapi tak apalah berjalan kaki itu kan sehat, mengingat jadwal kerjanya yang begitu padat membuatnya jarang berolahraga. Ini keempat kalinya Umar ke menara Eiffel, tak pernah ada kata bosan baginya melihat menara cantik tersebut.
Umar geleng-geleng melihat antrean yang sangat panjang untuk bisa masuk ke area tersebut. Dia pun mengurungkan niatnya naik Eiffel lantas beralih haluan untuk menikmati Paris dengan menyusuri pinggiran Sungai Seine. Semilir angin sejuk menyapu lembut wajah Umar. Adem dan menenangkan.
Umar duduk di salah satu kursi sembari menikmati cheese croissant serta madeleine yang begitu terasa lemonnya. Sesekali menyeruput secangkir cappuccino hangat dengan asap yang masih mengepul di tengah dinginnya Paris. Tiba-tiba seorang pria duduk di sebelah Umar lalu menyapa dan berkenalan.
Namanya Dhani, seorang Indonesia yang melanjutkan studi di Wageningen, Belanda. Dhani kerap mengunjungi Paris ketika libur musim dingin.