Disebut Nanang, sebagian besar pekerjaan konstruksi di Seksi 1 termasuk perkerasannya telah selesai dibangun pada 2018. Dan baru dioperasikan pada Agustus lalu. Artinya, seksi ini dan Seksi 5 sempat “menganggur” selama tiga tahun. Di antara masa tersebut telah terjadi penurunan konstruksi di beberapa tempat.
“Ini disebabkan faktor alam dan waktu. Tentunya selaku operator, kami akan menindaklanjuti hal-hal tersebut dengan pemeliharaan secara berkala agar pengguna jalan bisa melintasi jalan tol dengan nyaman,” jelasnya.
Membandingkan dengan menggunakan Jalan Soekarno-Hatta, dari Kilometer 13 menuju Samboja (simpang Kilometer 38), pengendara akan menempuh perjalanan sejauh 27 kilometer. Dengan lalu lintas normal, rata-rata bisa menghabiskan waktu sekitar 30 menit dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Kondisi Jalan Soekarno-Hatta sendiri relatif sudah baik. Namun, pengendara mesti berhati-hati karena kerap dijumpai kendaraan besar yang melintasi jalan itu.
Sama seperti Seksi 5, tarif di Seksi 1 juga masih digratiskan hingga 8 September. Setelah itu, pengguna tol dari Gerbang Tol Karang Joang menuju Gerbang Tol Samboja akan dikenakan tarif termurah Rp 28 ribu untuk Golongan I dan termahal Rp 56 ribu untuk Golongan 4 dan 5.
Secara keseluruhan, pengguna Tol Balsam dengan kendaraan Golongan I akan mengeluarkan dana Rp 125.500 jika masuk atau keluar melalui Gerbang Tol Manggar–Gerbang Tol Palaran. Sementara Gerbang Tol Manggar–Gerbang Tol Simpang Pasir, golongan yang sama dikenakan Rp 117.000. Tarif berbeda berlaku untuk golongan lain.
Mengenai tarif, Tol Balsam memang tergolong mahal. Data yang dirangkum Kaltim Post dari 14 jalan tol di Indonesia di bawah kewenangan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Tol Balsam menempati posisi kedua tarif tol termahal. Di bawah Tol Terbanggi Besar–Kayu Agung. Jalan Tol Trans Sumatra, terletak di Lampung dan Sumatra Selatan sepanjang 189,2 kilometer itu memiliki tarif termurah Rp 170.500.
Untuk jarak yang hampir sama dengan Tol Balsam adalah Tol Solo–Ngawi. Dengan panjang 90 kilometer, tol yang menghubungkan Surakarta, Jawa Tengah dengan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur itu memiliki tarif termurah Rp 104.500. Sementara tol termurah dipegang Tol Jakarta–Cikampek sepanjang 73 kilometer yang bertarif paling rendah Rp 20 ribu.
“Kebijakan-kebijakan terkait tarif jalan tol merupakan kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR). Sehingga tarif yang akan diberlakukan pada ruas Tol Balikpapan–Samarinda sejak 8 September 2021 nanti, sesuai Keputusan Menteri PUPR Nomor 1054/KPTS/M/2021 tanggal 24 Agustus 2021,” terang Nanang.
Dari sisi waktu, berkendara melalui Tol Balsam dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam, pengguna bisa menempuh perjalanan Balikpapan–Samarinda hanya 1 jam 25 menit berkendara. Lebih menghemat separuh waktu perjalanan jika berkendara melalui Jalan Soekarno-Hatta. Kondisi itu yang membuat Tol Balsam diminati.
Nanang menyebut, setelah dioperasikannya Seksi 1 dan Seksi 5, jumlah traffic mengalami peningkatan. Lalu lintas harian rata-rata (LHR) berada di angka sekitar 7.000 kendaraan saat weekdays. Dan pada weekend, LHR sekitar 12.000 kendaraan. Terjadi kenaikan persentase traffic sebesar 130 persen saat weekdays dan 200 persen saat weekend dibandingkan sebelum dioperasikannya Seksi 1 dan 5.
“Alhamdulillah sejak dioperasikannya Seksi 1 dan 5, Tol Balikpapan-Samarinda menjadi lebih menarik bagi masyarakat pengguna jalan tol,” ujar Nanang.
Kata dia, dengan meningkatnya traffic kendaraan menunjukkan, masyarakat Kaltim telah memanfaatkan secara maksimal. Adanya Tol Balsam bisa memacu meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. Khususnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kaltim. Soal strategi ke depan, pihaknya saat ini melakukan prioritas pada mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah terkait pemutusan rantai penularan Covid-19.
“Harapan kami agar roda perekonomian dapat segera pulih. Yang diiringi dengan kembali meningkatnya aktivitas dan mobilitas masyarakat. Sehingga nantinya juga berdampak pada peningkatan pendapatan jalan tol,” ucapnya.
HARUSNYA INTERVENSI TARIF
Tol Balsam digadang menjadi salah satu instrumen strategis kebangkitan ekonomi Kaltim. Menghubungkan dua kota besar (Balikpapan-Samarinda), jalan bebas hambatan itu juga memiliki efek domino.