Para pemilik tanah yang menerima kompensasi miliaran rata-rata membeli lahan lagi untuk bercocok tanam. Sebagian uang juga didepositokan yang hasilnya ’’wis cukup gawe mangan’’.
Arif Adi Wijaya, Jawa Pos, Tuban
MOBIL lalu-lalang di akses utama masuk ke dua desa bertetangga itu. Sepanjang pengamatan Jawa Pos pada Sabtu (29/1) siang sampai sore lalu di akses utama kedua kampung, semuanya kendaraan dari kelas menengah ke atas.
Pembangunan rumah mewah pun masih bisa dijumpai di sepanjang berkeliling dua desa di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, itu: Sumur Geneng dan Wadung. Rumah yang sudah jadi rata-rata dipagar tembok setinggi 3 meter dengan pintu gerbang baja di depannya.
Yang belum jadi pun sudah terlihat mewah. Rata-rata menggunakan desain rumah kontemporer dengan atap segitiga yang tidak terlalu tinggi. Sisi modern sangat terlihat dari desain rumah tersebut. Ada pula yang mengombinasikan gaya rumah modern-klasik dengan menambahkan dua pilar besar di bagian depan rumah.
Setahun lalu, mayoritas warga dari Kampung Sumur Geneng dan Wadung menjadi miliarder dadakan. Mereka mendapat ganti rugi pembebasan lahan atas proyek pembangunan new grass root refinery (NGRR). PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia akan membangun kilang minyak di kawasan tersebut.
Warga yang lahannya terdampak proyek kilang minyak mendapat ganti rugi yang cukup fantastis. Dari Rp 2 miliar sampai Rp 25 miliar. Kabar tersebut ramai menjadi sorotan ketika warga, khususnya dari Sumur Geneng, berbondong-bondong membeli mobil dalam waktu yang hampir bersamaan. Diler mobil dari Surabaya dan Gresik sampai menerjunkan car carrier atau truk pengangkut mobil untuk mengirimkan puluhan unit mobil yang dipesan.
Berbagai sales dan marketing berbagai produk dan jasa pun berbondong-bondong datang ke kampung miliarder tersebut. Mulai marketing kartu kredit, asuransi, hingga properti.
Ternyata besarnya sorotan itu memicu ketidaknyamanan warga. ’’Teman-teman asuransi, bank, media, macem-macem datang ke sini semua. Warga sampai risi jadinya,” kata Wantono, warga Sumur Geneng yang mendapat ganti rugi sekitar Rp 4,2 miliar.
Tidak heran jika saat ini warga setempat cenderung tertutup dengan orang luar. Warga selalu melotot ketika ada kendaraan dengan nomor polisi (nopol) dari luar wilayah Tuban melintas di kampung.
’’Njenengan cari orang lain saja, jangan saya,” kata salah seorang warga yang belum sempat menyebutkan namanya ketika ditemui Jawa Pos.
Menurut Wantono, warga sudah adem ayem setelah kehebohan kampung miliarder mereda beberapa bulan terakhir. Tapi, pekan lalu, situasi di kampung tersebut kembali memanas. Selain karena adanya konflik internal, juga akibat pemberitaan di salah satu media daring yang menyebut warga kampung miliarder tersebut bangkrut.