• Senin, 22 Desember 2025

Para Penambang Batu di Kaki Semeru Kembali Bangkit Melawan Trauma

Photo Author
- Rabu, 16 Februari 2022 | 11:05 WIB
MELAWAN TRAUMA: Indra (kiri) dan Riono, penambang batu di Kali Lanang, Supiturang, Lumajang, bekerja sambil memperhatikan ”kode” alam.  Edi Susilo/Jawa Pos
MELAWAN TRAUMA: Indra (kiri) dan Riono, penambang batu di Kali Lanang, Supiturang, Lumajang, bekerja sambil memperhatikan ”kode” alam. Edi Susilo/Jawa Pos

Fendik mengantongi uang Rp 50 ribu sehari dari hasil memecah batu. Penghasilan itu memang lebih sedikit jika dibandingkan sebelum bencana awan panas guguran (APG) Semeru menerjang. Sebab, kini dia dan rekan-rekannya masih bekerja setengah hari. Paling lama pukul 11.00. Lebih dari itu, nekat menambang akan berisiko tinggi. Apalagi jika tetap nekat berada di sungai ketika awan mendung mulai memayungi Semeru. Mereka bakal bergegas naik ke kampung dan meninggalkan area tambang. Sebab, risiko banjir bandang bisa setiap saat menghampiri.

Ya, kini bukan acuan waktu yang membuat para penambang berhenti. Melainkan ”kode” alam. Mata harus sesekali melihat ke atas dan menajamkan pendengaran untuk menangkap perubahan cuaca. Jika terdengar suara bergemuruh dari atas, tandanya mereka harus cepat angkat kaki.

Area tambang yang mereka gunakan untuk mengais rezeki memang terhitung dekat dengan gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut. Kondisi tanah tempat mereka berpijak juga bukan tanpa bahaya. Waktu hari pertama kembali menambang, batu yang tertimbun tanah masih terasa anget. Tak jarang masih panas.

”Itu tangannya sampai merah karena memegang batu yang masih panas,” ungkap Mustakim, penambang lain, menunjuk rekannya. Dia juga merasakan panasnya batu itu. Padahal, terjangan APG terjadi dua bulan silam.

Namun, di sisi lain, Semeru tetaplah bermurah hati. Setelah bencana, gunung tertinggi di Jawa itu memberikan ”kompensasi” bagi para warga yang menggantungkan hidup dari menambang batu dan pasir. Guguran lava membawa pasir dan batu melimpah.

Sebelum Semeru meletus, para penambang harus menggali tanah dengan alat berat untuk mendapat batu besar. Kini batu tinggal pilih saja. Dipecah sesuai dengan selera, lalu tinggal dimasukkan ke truk. Kerja pun jadi cepat. ”Sekarang tinggal ambil batunya,” kata Mustakim. (*/c14/ttg)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X