“Ke mana mereka? Serem banget,” Delia ketakutan dan mulai berlari sekencang mungkin.
Tiba-tiba saja, ada angkot melintas.
“Sampai ke kota, Pak. Nanti saya bayar lebih.” Delia berpikir ini jalan satu-satunya.
Setelah duduk di angkot selama empat jam, akhirnya Delia sampai di rumah dengan membayar sejumlah Rp 400 ribu kepada sopir angkot.
Hatinya terasa lega setiba di rumah. Namun, saat akan masuk, tiba-tiba Delia merasakan keganjilan.
“Assalamualaikum Bunda, Kak Elena.”
Tak ada jawaban. Delia pun membuka pintunya.
“Hahahaha,” tawa suster menggema. Dia duduk di sofa rumah Delia.
“Kenapa kamu bisa sampai sini?” tanya Delia kaget.
“Yang dikatakan soal mayat itu, benar. Aku punya dendam di desa itu. Karena kamu tahu rahasia ini, maka kamu juga harus seperti mereka,” suster itu mengancam.
“Ga Sus, saya tidak ceritakan kepada siapa pun.” Delia ketakutan dan berlari.
“Kau juga harus terima nasib seperti mereka. Rasakan ini!!!” Suster itu mengeluarkan bubuk kematian.
“TIDAKKKK….” teriak Delia.
“Del sadar, ini bunda,” ucap bunda dengan wajah kebingungan melihat anaknya mengigau.
“Bunda tadi ada bubuk kematian Bun,” kata Delia takut.