Rian baru tiga hari tinggal di rumahnya yang sekarang, Graha Blambangan, Kecamatan Glagah. Otomatis, pria 29 tahun itu belum kenal dengan banyak orang.
”Ya, di teras ini proses kelahirannya dibantu sopir taksi online dan bapak saya. Waktu dibawa ke bidan, ari-arinya juga belum keluar,” ujar Rian.
Bidan Ayu Retnita Dewi menceritakan, pasangan Rian dan Amanda sudah beberapa kali periksa di tempat praktiknya di Jalan KH Agus Salim, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri. Sebelum persalinan, pasiennya memang mengirim pesan WhatsApp.
Begitu suami Amanda menelepon, Ayu sudah mengira kondisi pasiennya tersebut. Dia sempat meminta Amanda segera dibawa ke tempat praktiknya. Karena air ketuban telanjur pecah lebih awal, dia meminta agar ditunggu sampai seluruh badan bayi bisa dikeluarkan. ”Waktu itu saya juga masih menangani persalinan. Jadi, saya pantau lewat telepon,” ujarnya.
Begitu rombongan Amanda yang diantar sopir taksi online tiba, Ayu langsung memeriksa dari atas mobil. Setelah itu, dia mengeluarkan ari-ari yang masih berada di dalam rahim. Selanjutnya, bayi kembali ditangani sesuai dengan prosedur agar tetap hangat. ”Bayinya cukup besar, bobotnya 3,6 kilogram dan panjangnya 50 sentimeter. Semuanya sehat,” jelas Ayu.
Hadi baru kali ini harus menjadi ”bidan.” ”Alhamdulillah, prosesnya lancar. Saya sempat usulkan memberi nama bayinya Confero. Bayinya perempuan, bagus dipanggil Fero,” katanya, lalu tertawa. (*/aif/c14/ttg)