Terutama karena secara intelektual, Imdaad memiliki ide-ide yang cerdas dan luar biasa. Sehingga membantu perkembangan daerah begitu besar. “Orangnya baik, ramah, bersahaja, dan jujur. Kita kehilangan tokoh yang inspiratif,” tuturnya. Menurutnya, Imdaad tak sekadar kepala daerah biasa.
Namun tokoh yang bisa membangun Balikpapan. Bahkan, Kota Minyak kini menjadi kebanggaan Kaltim dan Indonesia. “Karena Balikpapan berhasil masuk kota yang nyaman dihuni,” tuturnya. Salah satunya tentu kontribusi dan sentuhan pembangunan saat almarhum memimpin kota dua periode.
Peran Imdaad sangat signifikan membuat Balikpapan berkembang pesat seperti sekarang. Dia bersyukur, Kaltim pernah memiliki tokoh seperti Imdaad. Hadi berharap, semoga pada masa mendatang lahir juga pemimpin-pemimpin yang berkualitas. Baik di Balikpapan maupun Kaltim yang bisa meneruskan prestasi almarhum.
Hadi mengaku cukup lama tidak bertemu. Terutama setelah Imdaad kerap berada di Jakarta untuk menjalani perawatan medis. Padahal dia dan almarhum sebenarnya sangat dekat. “Secara garis keluarga, beliau masih paman saya. Karena sepupu jauh bapak saya,” sebutnya.
Atas nama pribadi dan mewakili Pemprov Kaltim, kami mengucapkan turut berduka. “Sekaligus terima kasih atas karya beliau yang luar biasa dan pencapaiannya kepada daerah,” ujarnya. Saat melayat di rumah duka, Wakil Ketua DPRD Balikpapan Budiono menuturkan, jasa almarhum begitu besar kepada pembangunan Kota Minyak.
Seperti mencetuskan konsep Madinatul Iman. Serta hal yang tidak kalah penting, Imdaad merupakan pemimpin yang konsisten menolak kegiatan tambang di Balikpapan. “Sehingga lahir perda (peraturan daerah) larangan tambang, salah satunya inisiasi beliau. Itu yang bisa dikenang dan warisan yang harus kita jaga,” sebutnya.
Sehingga pembangunan Balikpapan hingga kini tetap sembari menjaga lingkungan. Secara personal, Budiono menilai, Imdaad Hamid merupakan sosok yang santun dan ramah. Sebagai kepala daerah banyak memberikan contoh baik dan menginspirasi. Politikus PDI Perjuangan itu juga merasa memiliki kedekatan emosional dengan almarhum.
Mengingat PDI Perjuangan pernah mengusung Imdaad Hamid saat menjadi Wali Kota Balikpapan periode 2006–2011. Kala itu periode kedua kepemimpinannya. Budiono juga mengenal sosok Imdaad sebagai ketua PA Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Balikpapan.
Almarhum tak segan berbagi ide dan pemikiran kepada organisasi mahasiswa. “Jadi kami ada kedekatan emosional. Saya turut merasa kehilangan sosok panutan,” ucapnya. Sebagai informasi, Imdaad Hamid menjabat wali kota Balikpapan selama dua periode dari Juni 2001 hingga Mei 2011.
Periode pertama 2001–2006, Imdaad menjabat wali kota dengan Wakil Wali Kota Balikpapan Mukmin Faisyal. Kemudian periode kedua 2006–2011, Imdaad terpilih kembali menjadi wali kota berpasangan dengan Rizal Effendi sebagai wakilnya.
Selepas kepergian bapak pembangunan itu, Rizal mengusulkan nama Imdaad diangkat sebagai nama resmi Balikpapan Tennis Stadium atau Stadion Batakan. “Karena dua bangunan itu dibangun pada masa kepemimpinan beliau. Jasa beliau sangat besar,” pungkasnya. (rom/k8)
DINA ANGELINA