• Senin, 22 Desember 2025

Perusahaan Tambang Diambang Stop Produksi

Photo Author
- Jumat, 23 Juni 2023 | 19:00 WIB

Dunia pertambangan batu bara kembali menemui masa sulit. Harganya yang tak menentu bikin pengusaha mesti memutar otak.

 

BALIKPAPAN-Harga batu bara acuan di dunia terus berfluktuasi dalam sepekan terakhir. Sempat mengalami penurunan hingga 4,9 persen selama dua hari perdagangan (19-20/6), harga “emas hitam” kembali merangkak naik 1,32 persen pada Rabu (21/6) dan menunjukkan tren positif hingga kemarin (22/3). Berbagai spekulasi mencuat.

Sejumlah pihak menyebut harga batu bara tetap akan stabil hingga akhir tahun, di atas USD 150 per ton. Namun, ada pula yang memprediksi harga saat ini akan terus terkoreksi hingga di bawah USD 100 per ton. Kondisi itu disebut-sebut akan berpengaruh pada produksi dan penjualan batu bara dari Indonesia termasuk yang dari Kaltim.

Ketua DPD Gabungan Pengusaha Ekspor Impor (GPEI) Kaltim Mohammad Hamzah mengurai, kondisi harga acuan batu bara yang sangat fluktuatif saat ini banyak disebabkan dua faktor utama. Yakni kondisi ekonomi dunia khususnya negara tujuan ekspor batu bara, juga kondisi dalam negeri yang berhubungan dengan suplai.

“Batu bara ini ‘kan produk yang tidak hanya bisa dipakai untuk jangka pendek. Kenapa harganya saat ini fluktuatif bahkan cenderung turun karena tidak efektifnya pengendalian produksi,” ungkap Hamzah, Kamis (22/6).

Menurutnya, lesunya ekonomi negara-negara tujuan ekspor, seperti Tiongkok yang menjadi market utama batu bara termasuk dari Kaltim memang memengaruhi turunnya harga batu bara. Namun, baginya yang sangat perlu diwaspadai adalah terlalu melimpahnya produksi dalam negeri. Sesuai hukum ekonomi, berlebihnya suplai dibandingkan permintaan akan berpengaruh signifikan terhadap turunnya harga.

“Bahwa, banyak tambang-tambang kecil dan tambang koridor termasuk di Kaltim ini sangat besar memengaruhi melonjaknya produksi batu bara. Dengan besarnya suplai dibandingkan demand, tentu harga yang ditawarkan akan rendah. Ada ‘diskon’ yang kemudian memengaruhi harga secara luas,” jelasnya.

Hamzah menyebut, meski perusahaan pertambangan di Indonesia cenderung mengikuti harga yang dipatok dalam Indonesian Coal Index (ICI) atau Indeks Batu Bara Indonesia, namun faktanya banyak yang menjualnya di bawah ICI. Terutama, dilakukan oleh perusahaan tambang skala kecil yang terus menggenjot produksinya.

“Saat ini ‘kan kebanyakan yang diproduksi itu di ICI 4 ya. Itu misal ya, misal untuk ICI-nya ditetapkan Rp 1,5 juta per ton, tetapi paling yang harga yang dijual itu hanya Rp 1 juta per ton,” ujarnya.

Di sisi lain, pemerintah tampak tidak mengontrol kondisi produksi tersebut. Karena bagi pemerintah, semakin besar jumlah produksi, kian besar pula pendapatan yang masuk ke kantong negara melalui penerimaan negara bukan pajak (PNPB). Padahal, lanjut Hamzah, jika produksi ini tidak dikontrol, maka berdampak pada makin anjloknya harga batu bara.

“PNPB memang berbanding lurus dengan jumlah produksi. Tapi ingat ada komponen harga di dalamnya. Tarif royalti yang persentasenya diambil dari harga jual batu bara. Selama ini pemerintah, sepanjang administrasi lengkap, bayar pajak, dalam menyetujui rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) dari perusahaan selalu terima yang penting suplai ke PLN aman. Padahal harus dikontrol, karena ini pengaruhnya ke harga acuan batu bara dunia,” ulasnya.

Menurutnya, jika pemerintah terus mengejar kuantitas (produksi) tanpa memedulikan kondisi harga, akan tiba saatnya perusahaan tambang stop produksi. Karena dengan rendahnya harga, maka tidak lagi menguntungkan perusahaan. Bahkan, kondisi itu disebutnya akan terjadi dalam waktu dekat.

“Beberapa kawan (perusahaan batu bara) sudah menginformasikan kepada saya bahwa dalam waktu dekat, jika kondisinya seperti ini terus, maka mereka siap-siap akan stop kerja (produksi),” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X