TANA PASER – Program pendidikan gratis atau yang dikenal sebagai Gratispol kembali menjadi sorotan di Kabupaten Paser. Sejumlah orang tua murid mengeluhkan masih adanya permintaan sumbangan dari pihak sekolah negeri, meskipun pemerintah telah menjamin pembebasan biaya pendidikan untuk jenjang SD dan SMP.
Keluhan ini disampaikan oleh seorang wali murid bernama Agus kepada Paser Pos pada Minggu (13/7). Ia mengungkapkan bahwa sekolah dasar negeri tempat anaknya belajar meminta sumbangan sebesar Rp150.000 per siswa untuk pengadaan meja, kursi, dan karpet di ruang kelas baru.
“Sumbangan katanya hasil kesepakatan dengan guru. Tapi anak saya belum bayar. Yang saya pertanyakan, kenapa dari awal fasilitas seperti meja dan kursi belum disiapkan oleh sekolah?” ujar Agus melalui sambungan telepon.
Agus menyesalkan bahwa sekolah negeri yang semestinya mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah masih membebankan pembelian fasilitas kepada orang tua murid. Ia mengaku hanya bersedia membayar Rp45.000 untuk karpet, karena dianggap sebagai kebutuhan mendesak di kelas baru yang belum memiliki alas duduk.
“Saya tidak setuju kalau orang tua harus ikut menanggung pembelian meja. Katanya sekolah masih proses pengajuan ke dinas, tapi murid sudah belajar di ruang baru tanpa fasilitas yang lengkap,” tambahnya.
Kondisi ini bertolak belakang dengan semangat program pendidikan gratis 12 tahun yang digalakkan pemerintah pusat. Meskipun bersifat “sumbangan sukarela”, praktik ini kerap membingungkan dan membebani orang tua murid, terutama di sekolah negeri yang seharusnya bebas pungutan.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Paser belum memberikan tanggapan resmi terkait keluhan tersebut.(ran/vie)