berau

Buaya Makin Resahkan Warga Berau, Pemkab Siapkan Penangkaran Khusus

Senin, 3 November 2025 | 09:30 WIB
Buaya yang diamankan.

 

TANJUNG REDEB – Kemunculan buaya di kawasan pemukiman dan perkotaan di Kabupaten Berau kian meresahkan warga. Predator sungai tersebut kini tidak lagi eksklusif di daerah kampung, melainkan sudah terpantau memasuki area padat penduduk, memicu perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau.

Keresahan ini menguat setelah terjadinya korban jiwa pada pertengahan Oktober lalu. Seorang pemuda di Kampung Teluk Sulaiman, Kecamatan Biduk-biduk, tewas usai diserang buaya saat tengah memanah ikan. Kejadian tragis ini memicu kemarahan warga hingga mereka memutuskan untuk mencari dan membunuh buaya liar di lokasi tersebut.

Buaya Mulai Masuk Perkotaan

Kekhawatiran warga semakin memuncak setelah insiden lain terjadi di pusat kota Tanjung Redeb. Seekor buaya sempat terlihat memantau mangsanya di samping Sekretariat Kwarcab Pramuka Berau. Tak lama berselang, seekor buaya sepanjang tiga meter juga dilaporkan muncul di gorong-gorong rumah warga di Jalan Pulau Semama.

Wakil Bupati Berau, Gamalis, menyebut peningkatan frekuensi serangan dan kemunculan buaya ini menjadi atensi serius pemerintah daerah.

“Semakin meresahkan. Ini jadi atensi serius kami,” ujar Gamalis.

Solusi Jangka Panjang: Pembangunan Penangkaran

Sebagai langkah konkret untuk menekan sebaran buaya tanpa harus membunuh predator yang masuk kategori hewan dilindungi, Gamalis menyatakan Pemkab Berau akan membangun tempat penangkaran buaya.

Penangkaran ini dinilai lebih aman karena buaya yang berkeliaran dapat diamankan oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau yang bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur.

Gamalis menjelaskan, pembangunan kawasan penangkaran buaya ini memerlukan izin yang harus diurus langsung ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta kementerian yang berwenang menangani hewan konservasi.

“Karena memang informasinya, urusan izin ini tidak lagi ditangani di BKSDA Kaltim. Semua muaranya di pemerintah pusat,” terangnya, mengakui rumitnya persoalan perizinan di tingkat pusat, namun hal tersebut tidak akan menjadi penghalang.

Gamalis menduga, maraknya kemunculan buaya di kawasan pemukiman merupakan imbas dari pemanfaatan sumber daya alam yang berdampak serius terhadap habitat mereka. Ketika sarang dan sumber makanan buaya terganggu, predator tersebut akan mencari tempat baru untuk bertahan hidup, sehingga terdorong masuk ke pemukiman warga. (oke/beb)

Terkini