TANJUNG REDEB – Sejumlah wilayah di Berau berada dalam ancaman bencana hidrometeorologi, khususnya banjir kiriman dari wilayah hulu sungai. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau menyoroti bahwa aktivitas manusia, seperti kegiatan pertambangan dan perkebunan, turut memperparah risiko bencana tersebut.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat, menjelaskan bahwa letak geografis Berau, terutama ibu kota kabupaten, membuatnya rentan. Kecamatan Tanjung Redeb yang diapit oleh dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni Sungai Kelay dan Sungai Segah, sangat berpotensi mengalami kenaikan debit air yang cepat dan menyebabkan banjir.
Menurut Nofian, ancaman banjir tidak hanya disebabkan faktor alam, tetapi juga aktivitas pertambangan dan perkebunan di wilayah hulu. Kegiatan ini dinilai memiliki dampak signifikan terhadap kemampuan tanah menyerap air.
"Pembukaan lahan besar-besaran berpotensi mempercepat aliran permukaan yang kemudian memperbesar risiko banjir saat hujan dengan intensitas tinggi berlangsung dalam waktu lama," kata Nofian.
Ia menyarankan agar perusahaan yang akan membuka lahan perkebunan menerapkan pola bertahap, tidak membuka lahan sekaligus dalam skala besar. Hal ini bertujuan agar masih ada area resapan yang dapat menahan volume air hujan, menciptakan kompromi antara kebutuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
"Bagaimana supaya balance antara perekonomian dengan kebencanaan. Maka harus diimbangi dengan keselamatan orang sekitar," tegasnya.
BPBD berkomitmen melakukan mitigasi, namun tanggung jawab sosial perusahaan juga ditekankan untuk memberikan dampak langsung terhadap perlindungan lingkungan dan peningkatan kesiapsiagaan masyarakat sekitar wilayah operasional.
Banjir Rutin dan Kesiapsiagaan Masyarakat
Nofian mengingatkan bahwa potensi bencana serupa masih mungkin terjadi jika pengelolaan wilayah hulu tidak dilakukan dengan bijak. Berau tercatat langganan banjir pada periode Oktober hingga Desember, bahkan dalam satu tahun bisa terjadi 2-3 kali banjir besar.
Pada Mei lalu, banjir besar sempat melanda lima kecamatan di Kabupaten Berau (Kelay, Segah, Sambaliung, Teluk Bayur, dan Gunung Tabur). Banjir terparah terjadi di Kampung Long La’ai dan Long Ayap, merusak fasilitas umum dan memutus akses transportasi. Mengingat potensi ini, Nofian menilai sudah saatnya masyarakat di kampung melakukan latihan mitigasi agar mereka mengetahui langkah yang tepat saat kondisi darurat.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau mulai menyusun dokumen rencana kontingensi sebagai upaya terencana menghadapi risiko bencana banjir.
Bupati Berau, Sri Juniarsih, mengatakan bahwa langkah ini penting mengingat banjir menjadi ancaman rutin bagi wilayah rawan seperti Teluk Bayur, Sambaliung, Tanjung Redeb, serta kampung-kampung sepanjang DAS Segah dan Kelay.
"Kondisi tersebut menuntut respons yang tidak hanya cepat, tetapi juga terencana dengan baik," ucapnya.
Dokumen kontingensi ini diharapkan menjadi pedoman teknis dalam penanganan pra, saat, dan pasca-bencana. Bupati menegaskan perlunya keterlibatan aktif dari seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah, TNI/Polri, dunia usaha, hingga masyarakat sipil.