berau

Jalur Neraka Berau-Samarinda Memakan Korban! Poros Kelay Rusak Parah, Sopir Meradang Janji Pemprov Kaltim Tak Terealisasi

Jumat, 28 November 2025 | 13:00 WIB
Kondisi jalan rusak sering disebut jebakan oleh sopir barang yang melintasi poros Kecamatan Kelay.

KELAY – Ruas jalan poros Kelay menuju Samarinda, yang merupakan urat nadi utama distribusi logistik dan hasil bumi dari Kabupaten Berau, kini berada dalam kondisi sangat memprihatinkan. Kerusakan jalan yang parah bukan hanya menghambat laju ekonomi, tetapi telah berubah menjadi ancaman keselamatan maut yang terus memakan korban.

Para sopir truk dan pick up pengangkut kebutuhan pokok, sayur, dan buah-buahan kini harus berjuang mati-matian melewati jalur ini, sementara janji-janji perbaikan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) seolah menguap tanpa realisasi.

Kerusakan terparah berpusat di sejumlah tanjakan tinggi. Lubang-lubang besar dan kondisi jalan yang hancur membuat tanjakan-tanjakan tersebut menjadi momok menakutkan, terutama bagi kendaraan bermuatan berat.

Fadli, salah seorang sopir lintas Berau-Samarinda, mengaku harus berulang kali menguji batas kendaraannya. "Saya sering harus dua hingga tiga kali mengulang melewati tanjakan tinggi dengan kondisi rusak itu. Ini bukan hanya menguras BBM, tapi juga mengkhawatirkan," keluhnya.

Gagal menanjak adalah hal lumrah, namun dampak lanjutannya jauh lebih mengerikan. "Sudah sering kejadian seperti itu, jalan rusak ditengah tanjakan jadi seperti jebakan bagi sopir," ungkap Fadli.

Kondisi ini sering memicu kemacetan total, terutama ketika kendaraan besar seperti trailer pembawa alat berat melintang di tengah jalan. Antrean panjang kendaraan dan frustrasi pengemudi menjadi pemandangan sehari-hari yang seakan tak terperhatikan oleh pembuat kebijakan.

Sindiran Keras Sopir: "Yang Meninggal Sudah Ada, Kapan Ditangani?"
Kecelakaan lalu lintas akibat kondisi jalan ini pun tak terhindarkan. Sabri, sopir truk yang melintasi jalur tersebut setiap minggu, melontarkan sindiran keras kepada pemerintah yang dianggap lamban.

"Yang celaka sudah banyak, yang meninggal juga sudah ada, kapan pemerintah tangani masalah ini? Mereka enak karena ga lewat jalan ini, kalaupun lewat mereka pakai mobil mewah jadi tidak merasakan penderitaan kami sopir-sopir ini," ujarnya.

Sabri mempertanyakan lambatnya birokrasi yang seolah menganggap enteng keselamatan dan nyawa warga yang bergantung pada jalur vital tersebut. Desakan untuk perbaikan segera kian menguat agar jalur logistik ini tidak terus menjadi "jalur neraka" bagi para pengemudi. (*)

Terkini