Perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak usulan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang diajukan oleh Hamas. Tak sekedar menolak gencatan senjata, Netanyahu juga memerintahkan pasukan tentara Israel atau Israel Defense Forces (IDF) untuk melakukan operasi militer di Rafah, kota paling selatan di Gaza.
Dilansir dari The Telegraph, Kamis (8/2), keputusan Netanyahu dinilai telah mengecewakan harapan akan adanya perdamaian di kawasan Timur Tengah. Usulan gencatan senjata tersebut sebenarnya bertujuan untuk membebaskan tawanan Israel yang ditawan oleh Hamas.
Baca Juga: Konflik di Timur-Tengah Disebut Bisa Picu Perang Regional, Tiongkok dan Rusia Kompak Salahkan AS
Namun, Netanyahu menilai usulan tersebut tidak masuk akal dan menolaknya dalam konferensi pers mendadak. Netanyahu juga mengabaikan peringatan dari Antony Blinken, menteri luar negeri AS, yang mendesak agar Israel tidak mengirim pasukan ke Rafah.
Rafah merupakan tempat tinggal bagi ratusan ribu pengungsi yang hidup dalam ketakutan akibat konflik berkepanjangan.
Israel awalnya mengusulkan pertukaran sandera dengan Hamas, dengan Qatar sebagai perantara.
Namun, Netanyahu menolak tawaran Hamas yang menginginkan gencatan senjata selama 135 hari dengan syarat pembebasan sebagian sandera. Netanyahu menganggap tawaran itu tidak masuk akal dan berbahaya bagi Israel.
Netanyahu berkata tentang usulan itu, “Menyerah pada syarat-syarat tidak masuk akal dari Hamas akan menyebabkan pembantaian lain dan akan menimbulkan tragedi besar bagi Israel yang tidak ada yang mau menerimanya."
Perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan kepada publik bahwa pasukannya dapat mencapai tujuan mereka di Gaza, meskipun pertempuran telah berlangsung selama hampir lima bulan.
Ia menolak usulan gencatan senjata dengan Hamas dan mengklaim bahwa perang dapat diselesaikan dalam beberapa bulan. Ia juga menyatakan bahwa kemenangan total sudah dekat.
Sementara itu, menteri luar negeri AS, Antony Blinken, memberikan peringatan kepada Netanyahu agar tidak melakukan tindakan dan ucapan yang dapat memperburuk situasi dan mengurangi dukungan internasional.
Ia juga meminta Netanyahu untuk memperhatikan warga sipil yang terkena dampak operasi militer Israel di Rafah. Ia menambahkan bahwa korban sipil yang terjadi saat ini sudah terlalu banyak.
Penolakan Netanyahu terhadap tawaran pembebasan sandera yang kesekian kalinya membuat keluarga para sandera semakin marah dan mendesak pemerintah untuk menerima tawaran apapun yang ada.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: jawapos.com