• Senin, 22 Desember 2025

Disebut Tak Punya Hati, Ichwan Tegaskan Masa Kejayaan Angkot Sudah Berlalu

Photo Author
- Minggu, 13 Januari 2019 | 11:13 WIB

BANJARMASIN - Niat pemko mengadakan BRT (Bus Rapit Transit) mendapat tantangan sengit. Apalagi kalau bukan dari pengusaha taksi kuning. Transportasi massal itu dinilai akan mematikan bisnis angkot.

Padahal, tanpa kehadiran pesaing, kehidupan sopir angkot sudah megap-megap. Persis seperti pepatah yang mengatakan hidup segan mati tak mau.

"Saya bahkan dituding manusia tak punya hati. Tapi ingat, Banjarmasin sedang beranjak menjadi kota metropolitan. Transportasi publik menjadi sebuah keniscayaan," kata Kepala Dinas Perhubungan Banjarmasin, Ichwan Noor Chalik.

Tahap awal adalah pengadaan 10 unit BRT. Jenisnya minibus dengan kapasitas sedang. Menyesuaikan dengan kondisi jalan-jalan kota yang kecil. Dalam kajian awal, sekurang-kurangnya ada 13 koridor yang harus dilayani.

Sementara 10 unit BRT itu hanya sanggup melayani dua koridor.

"Sisanya, 11 koridor dibagi-bagikan kepada investor. Pengusaha angkot pun bisa ikut menawar. Asalkan mereka bersatu dalam koperasi berbadan hukum. Silakan bergabung," jelasnya.

Sejak zaman wali kota terdahulu, pemko telah menjanjikan peremajaan angkot. Rencana itu berkali-kali kandas. Menjadi pertanyaan, jika pemko mampu membiayai pengadaan BRT, mengapa anggaran itu tak dipakai untuk meremajakan angkot.

Ichwan menegaskan, masa kejayaan angkot sudah lama berlalu. "Angkot sudah tidak tertolong. Ini fakta. Ada puluhan trayek angkot yang sudah lama mati. Nah, kekosongan inilah yang coba diisi BRT," tegasnya.

Dia juga mengingatkan, dalam banyak penilaian oleh pemerintah pusat, Banjarmasin selalu disorot terkait ketiadaan transportasi massal. Masyarakat di kota ini kelewat bergantung pada kendaraan pribadi.

"Jadi tanpa perdebatan soal punya hati atau tak punya hati, pengadaan transportasi publik merupakan kewajiban pemerintah. Justru keliru kalau pemko berdiam diri," imbuhnya.

Dari APBD Perubahan 2019, diusulkan alokasi Rp3,5 miliar. Selain pengadaan BRT, juga untuk pembangunan halte. Plus peluncuran aplikasi BRT. Agar calon penumpang bisa memantau posisi BRT dan menaksir tarif yang harus dibayar.

"Kalau ada sopir BRT yang nakal, bermalas-malasan dan enggan menarik, pasti terpantau lewat aplikasi ini," pungkas Ichwan. Sementara itu, pemprov juga mengadakan lima unit BRT. Bedanya, BRT versi Banjarbakula melayani lintas Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. (fud/at/nur)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: aqsha-Aqsha Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kabupaten Banjar Sumbang Kasus HIV Tertinggi di Kalsel

Jumat, 12 Desember 2025 | 11:10 WIB
X