MARTAPURA – Guru daerah terpencil mulai mengeluh tentang tunjangan yang minim. Medan berat dan lokasi yang sangat jauh dan terdalam tidak sebanding penghasilan yang diberikan oleh pemerintah.
Nilai insentif berkisar antara Rp300 ribu sampai dengan Rp1 juta, tentu saja penghasilan yang diterima pertiga bulanan itu lebih besar pasak dari pada tiang.
“Tugas kami sangat berat. Tiap musim hujan sangat sulit datang ke sekolah. Seragam kerja pasti kotor, sesekali sepeda motor rusak di jalan,” kata Raudah, guru yang mengabdi selama tiga tahun di SMP Galam Rabah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar, Kamis (24/1/2019) siang.
Menurutnya, profesi guru daerah terpencil berat. Apalagi yang bertugas sangat jauh dari tempat tinggal, kendala biasa adalah jalan rusak.
Dirinya harus menghitung usia kendaraan, perawatan lebih sering setelah berjibaku dengan medan sulit, motor pribadi dijamin rusak lebih cepat.
Ketua Komisi IV DPRD Banjar Gusti Abdurrahman dikonfirmasi melalui sambutan telepon mengakui dengan keluhan serupa. Menurutnya, jalan yang dilewati guru sangat sepi dan jauh dari bengkel. Sementara insentif tak sesuai dengan apa yang di dapat.
“Sudah lama kami soroti insentif kecil para guru pedalaman. Nilainya tidak layak lagi dan kami desak segera dievaluasi tahun 2019,” tegasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Maidi Armansyah menuturkan, saat ini insentif untuk para guru yang ada di wilayah-wilayah terpencil sudah ada.
Sumber dana dari APBN dan APBD. Jadi ada yang ditentukan masa kerja, dan kategori desa terpencil. Usulan komisi IV ujarnya akan diperhitungkan. Sebanyak 160 guru, ujarnya telah mendapat bantuan insentif seperti yang diinginkan.
“Nilai insentif guru bervariasi dari Rp1 juta sampai Rp300 ribu, tergantung golongan dan ada perhitungannya sendiri, nanti kami hitung juga mengenai jarak, akses, dan jalan,” pungkasnya.(mam)